Mittwoch, 23. Dezember 2009

(pre) xmas gift

satu , dua , tiga
sejak berapa lalu kah
kita tidak lagi bersentuh soma ?

aku tidak menghitungnya
tidak terpikir,
atau memang tidak ingin.
aku percaya dunia perkabelan
semakin bisa diandalkan
aku percaya ratusan mil itu
bisa didekatkan olehnya.
toh kamu pergi bukan karena menghindari
kamu pergi untuk cita mu
dan aku tinggal bukan karena mengkhianati
aku tinggal untuk impi ku.

namun kemarin itu,
tepat seminggu sebelum natal
saat kulitmu bisa terraba kulitku
saat wangimu bisa tercium hidungku
tak bisa kupungkiri betapa hati ini mensyukuri presensi
bukan menangkap gelombang suara saja dari telepon genggam
bukan mengerahkan otak saja membaca susunan huruf di depan komputer.

satu, dua, tiga
berapa depan lagi kah
kita tidak akan bersentuh soma ?
tidak apa,
aku percaya aku bisa mengandalkan masakini
karena suaramu bisa kudengar kapanpun ku tekan nomer mu
karena parasmu bisa kupandang kapanpun ku sambung internetku

tapi tibatiba sekarang aku ingin tidur di dekat mu
rebutan selimut dan membiarkan bantalku dipakai oleh mu
menepuk-nepuk pipimu saat kamu mulai tidur padahal aku masih bercerita,
dan aku tidak tahu.. tekhnologi mana yang mampu menghadirkanmu ke sini saat ini juga ?!


tidak usah kamu pusingkan,tidak membawa kado natal apapun untukku. tidak usah kamu sedihkan kalau aku menghadiahi cardigan magenta idamanmu, dan kamu tidak memberiku apa-apa. kedatanganmu lah kado natal nya ! apa yang bisa lebih aku inginkan dibanding minum Feuerzangenbowle berdua dengan mu di tengah salju pada suhu -14° celsius ? apa yang bisa lebih aku rindukan dibanding perbincangan dengan seorang sahabat yang membuka hati dan telinganya mendengarkan cerita ku ?
hey you there, you know I don't promise, but you'll see me this march.. You'll see me face to face, not via voice chat -LOL- until we meet again, take good care of yourself, sista !!

Freitag, 18. Dezember 2009

sempat lupa

sepertinya saya sempat lupa, bahwa tujuan utama saya menulis di blog ini adalah untuk kesejahteraan lahir dan batin saya sendiri. sepertinya saya sempat lupa, bahwa blog ini memang di'ada'kan, untuk diisi dengan hal-hal yang tidak mampu saya tuangkan dengan tutur kata. saya sempat lupa, blog ini memang di'lahir'kan oleh saya, untuk meniadakan limit-limit yang harus selalu membatasi kebebasan saya berkomunikasi kepada orang lain.

beberapa waktu lalu,seorang teman sempat menemukan blog saya ini. saya tidak terlalu suka dengan hal itu. saya beranggapan, dia belum cukup bijak, untuk membaca semua postingan saya dengan netral, dengan tanpa sesudahnya merasa diprovokasi. kenyataan bahwa teman saya menemukan blog ini, dan adanya kemungkinan dia akan memberitahukan blog saya ini ke teman saya yang lain, cukup membuat saya kesal. sebegitu kesal dan sebegitu lupa nya saya pada tujuan awal menulis di blog, sehingga saya mengganti blog address saya. setelah mengganti nya, saya sudah menjadi sedikit lebih tenang. namun entah kenapa, saya jadi malas untuk menulis di blog ini lagi, dengan alasan malas dibaca oleh teman saya itu, kalau-kalau saja dia berhasil menemukan blog address saya yang baru.

hari ini, kira-kira dua jam yang lalu. saya menyadari kebodohan dan kealpaan saya. saya menyadari betapa saya lupa, akan motivasi awal yang saya punyai sendiri. saya hanya ingin menulis, apa yang tidak mampu saya katakan. saya ingin menulis, hal-hal yang mungkin orang lain tidak ingin mendengarnya. saya ingin menulis tanpa dihambat toleransi untuk tidak menyakiti lawan bicara saya. jadi saya merubah lagi blog address saya, ke alamat yang semula, yang orisinil.

seandainya seorang teman itu datang kembali dan membaca.. biarlah dia membaca, apa yang saya tulis. dan biarlah dia menarik kesimpulan, sesuai apa yang pikirannya simpulkan. biarkan dia senang, kalau dia merasa tersanjung atas apa yang saya tulis. biarkan dia marah dan benci, kalau dia merasa saya menjelekkan dia. biarlah dia tidak terlindungi dari kebenaran pendapat yang seringkali saya batasi dalam perkataan-perkataan saya.

PS : untuk kamu, kalau kamu membaca ini dan menyadari yang dimaksud di sini adalah kamu.. , thanx lhoh sudah mampir dan menyempatkan untuk baca. behalt bitte deine eigene vorurteile.

Donnerstag, 12. November 2009

belajar melepaskan

Seandainya dua tahun lalu, tidak pernah saya terima E-mail itu, maka hari ini akan bertambah usia mu satu tahun lagi. Seandainya, kabar itu memang tidak pernah ada, mungkin hari ini sudah dua gelar sarjana kamu sandang, mungkin kamu sudah bekerja di perusahaan impian mu, dan cuti pertamanya sudah kamu ambil, untuk mengunjungi ku di sini, lalu bersama-sama kita keliling Eropa, seperti yang pernah kita impikan.

Adalah kenyataan yang seperti selalu sembunyi di tempat lain, sedangkan manusia hanya berkutat pada perandaian yang diciptakan imaji nya saja. Seperti saya, yang meskipun sudah hampir genap dua tahun, masih susah menerima kenyataan -- kepergianmu. Meskipun mata ini tidak lagi berair. Meskipun saya tidak lagi bangun di malam hari karena bermimpi tentang mu. Meskipun saya tidak lagi gila,setiap saat mengecek apakah messenger mu online atau tidak. Meskipun saya berusaha mencoba mengerti, sungguh mengerahkan semua tenaga untuk mencoba memahami, tapi kenyataannya saya tidak pernah bisa benar-benar mengerti. Kenyataannya adalah yang saya bisa hanya merelakan dan menerima kepergianmu.

Dengan segala keterbatasan pengetahuan saya, saya tidak tahu, di mana , bagaimana, dan siapakah kamu sekarang. Saya tidak tahu, apa kamu mendengar saat nama mu saya sebutkan di doa sebelum tidur saya. Saya tidak tahu, apa doa-doa itu dan semua kenangan punya kita yang masih saya simpan rapi, cukup membuatmu merasa lebih tenang, merasa lebih bahagia. Bahagia kah kamu di sana ? Tidak ada kah sedikitpun rindu menyeruak di dada mu ?

Apakah kamu, di suatu tempat nun jauh di sana, masih sempat mengamati kami di sini ?
Tahu kah kamu apa-apa saja yang terjadi sejak kamu berhenti mengada di tengah-tengah kami?
Teman-teman kuliah mu menanam sebuah pohon di kampus kalian, dan menamai pohon itu Christy.. diambil dari nama tengah mu. Saya mau kamu tahu, mereka kehilangan kamu ! Kehidupan beberapa dari mereka sempat terhenti sejenak, seakan ingin berontak pada realita di mana kamu tiba-tiba meraib. Mereka merindukan senyumanmu, tim kerja mu di laboratorium masih membutuhkan kerjasama dan suara mu yang riang.
Orangtua mu sempat mengasingkan diri. Mereka pergi jauh sekali dari rumah dulu kamu tinggal dan tumbuh besar. Mereka pergi untuk mengobati diri mereka sendiri. Mengobati diri dari luka yang tidak tampak dan tidak bisa disembuhkan dengan obat atau operasi. Mereka menghindari sudut, aroma, bebunyian atau apapun yang menoreh ingatan tentang mu. Itu dulu.. Namun tenanglah, kamu bisa berbangga akan mereka. Sekarang mereka sudah jauh lebih legawa. Mereka, mungkin seperti halnya saya, mencoba untuk menerima kenyataan.. tanpa bisa memahami nya.
Saya ? Saya tidak tahu harus mulai dari mana. Saya melewati beberapa tahap dengan perasaan yang berbeda-beda. Awalnya saya marah, sangat-sangat marah. Saya menganggap mu picik dan berpikir sempit. Setahu saya, kamu adalah orang yang berpikiran optimis dan selalu memberi motivasi kepada saya. Keputusan terakhir mu itu adalah hal yang membuat saya merasa dikhianati. Keputusan mu untuk berbuat seolah kamu adalah Shinigami atau sesuatu lain yang bahkan lebih berkuasa. Keputusan mu untuk memutuskan rantai hidup mu sendiri dan benih kecil yang sedang mencoba hidup di dalam mu. Saya tidak akan pernah mengerti, apakah gengsi atau keputus-asa-an akan cinta, yang lebih membunuhmu saat itu. Kemarahaan saya mereda dengan muncul nya rasa bersalah dalam diri saya. Saya menyalahkan diri saya sendiri, karena menjadi seorang teman yang tidak becus. Saya bertanya-tanya, seandainya saja saya lebih sering menghubungi mu, apakah kamu akan menceritakan semua masalah mu ? Seandainya saat itu kamu bisa berbagi dengan saya, apakah itu akan meringankan beban mu ? Seandainya saya lebih perhatian, apa kamu masih akan mengada sampai sekarang ? Kemunculan rasa bersalah itu tidak sendirian. Saya juga menyalahkan laki-laki itu. Laki-laki yang bahkan dalam doa saya kutuk habis-habisan. Saya meninginkan dia tidak akan pernah lagi mendapatkan cinta. Dia sudah membuang kamu, dan benih kecil yang sedang mencoba hidup di dalam mu. Saya menginginkan dia tidak akan pernah akan bisa merasakan bagaimana dicintai oleh seorang anak. Marah - kecewa - kehilangan - rasa bersalah . Perasaan itu yang selalu mondar-mandir di dalam diri saya. Sampai akhirnya waktu mempertemukan saya dan papa kamu. Dia menunjukkan foto mu. Kamu tetap cantik seperti saat kamu masih hangat dan bernapas. Melihat mu di foto itu seperti membangunkan saya dari mimpi. Sumber dari segala marah, kecewa, kehilangan, dan rasa bersalah itu bukanlah kamu, namun diri saya sendiri. Saya yang terlalu egois dan tidak mau percaya bahwa kamu tidak ada lagi bersama saya di sini. Parasmu yang hanya tampak tertidur namun tenang, tidak menunjukkan duka, tidak menunjukkan sakit, membuat saya sadar bahwa airmata saya yang akan menghambat bahagiamu. Dari saat itu saya belajar merelakan, menerima.. meskipun tidak akan pernah saya mengerti atau saya setujui cara pikir mu menarik keputusan terakhir itu. Keputusan terakhir mu, yang membuat jarak kita bukan hanya terpisah benua, namun antara hidup dan mati.

* untuk seorang teman, seorang saudara, yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri di bulan Desember 2 tahun lalu. " hey Sist, I still miss you.. I hope my prayers can reach you. till we meet again, Sist ! "

** untuk semua yang membaca ini.. Suicide is not the solution of your problem !!

Sonntag, 1. November 2009

yang ultah hari ini

Hari ini Papa saya berulang tahun. Saya kaget sekaligus tidak bisa berhenti tertawa sejenak saat ber voice and video chat dengannya tadi. Genap setengah abad usianya dia jadikan alasan untuk mencukur rambutnya sampai habis. Waktu saya tanya kenapa gundul, dia menjawab , " usia setengah abad itu kan harus disyukuri, menunjukkan bahwa setengah abad juga lamanya Papa sudah dijaga oleh Nya. bukan hal biasa.. ." Ini kali kedua Papa saya mencukur rambutnya habis. Pertama kali adalah sekitar empat tahun lalu. Saat itu seorang kakak dari Papa saya didiagnosa kanker payudara. Dokter segera menyarankan untuk melakukan operasi yang setelahnya akan disambung dengan chemoterapi. Efek dari chemoterapi itu bukan hanya menyerang fisik, namun juga psikis tante saya. Dia seperti kehilangan harapan, dia takut waktunya akan segera habis. Dia jadi menutup diri baik dengan teman-temannya , juga dengan saudara-saudaranya. Apalagi saat itu rambutnya rontok, dia gundul, beberapa flek hitam juga memenuhi kulitnya di beberapa tempat. Hal itu semakin membuatnya kehilangan percaya diri untuk berhubungan sosial. Papa saya kemudian berinisiatif untuk menggunduli rambutnya juga. Meskipun saat itu saya sempat berkata bahwa itu percuma, karena menurut saya kalau laki-laki gundul itu tidak apa-apa, sedangkan untuk seorang perempuan, itu adalah suatu masalah besar ! Ternyata saya salah. Entah kenapa atau bagaimana, sejak Papa saya juga gundul, tante saya jadi lebih terbuka dengan Papa saya. Dia mau menceritakan hal-hal yang ditakuti dan yang dikhawatirkannya. Dia juga lebih mau mendengarkan masukan dari Papa saya. Pelan-pelan, tante saya mulai punya percaya diri lagi, untuk ikut makan bersama dengan saudara-saudara yang lain, untuk kembali datang ke gereja, untuk kembali berlatih choir di gereja. Saya selalu salut melihat bagaimana Papa saya begitu menghargai tali persaudaraannya dengan saudara-saudaranya. Saya selalu terkesima melihat bahwa rasa sayang nya ke saudara-saudaranya lebih dalam dari yang saya tahu.

Hari ini Papa saya berulang tahun. Genap setengah abad usianya. Tidak, dia tidak mengundang teman-temannya untuk berpesta. Dia memilih tidur sampai jam 1 siang, makan mie ulang tahun di rumah saja dengan Mama saya, setelah itu menghabiskan sore di rumah orangtua nya ( oma opa saya ). Papa saya bukanlah anak emas dari oma opa saya, justru sebaliknya. Dari yang saya dengar, Papa saya sudah jadi anak yang bandel sejak kecil. Papa saya adalah anak yang paling sering terkena hukuman dari opa saya, tapi dia tidak cengeng seperti saudara nya yang lain. Papa saya pernah berurusan dengan petugas keamanan pasar saat dia masih duduk di bangku SD, karena menantang dan kemudian (mencoba) berkelahi dengan salah seorang pedagang yang selalu mengganggu dan mengejek oma saya. Menurut oma, Papa saya adalah anak nya yang paling 'lain'. Punya selera humor yang tinggi, punya banyak sekali teman, tapi masalah dia, tidak ada orang lain yang boleh tahu. Menurut oma juga, Papa dan Opa paling sering berselisih paham, itu karena sifat mereka berdua paling mirip. Sama-sama kepala batu kata oma. Namun dibalik kebandelannya, dibalik keras kepala dan sifat tertutup nya.. ternyata Papa saya juga lah, yang selalu sabar menjaga oma opa saya saat mereka sedang sakit. Papa saya selalu hapal makanan kesukaan oma opa saya. Papa saya tidak pernah malas membantu Opa saya mandi, menggunting kuku nya, membelikan bubur kesukaan oma saya pagi-pagi sekali dan mengantarkannya ke oma. Hal-hal kecil, yang lagi-lagi membukakan mata saya, bahwa Papa saya mencintai dan menghormati orang tua nya, lebih dari yang saya tahu.

Hari ini Papa saya berulang tahun. Saya tidak memberinya kado apapun. Saya bahkan tidak bisa berada di dekat nya dan mencium pipi nya sembari mengucapkan doa-doa lekat pada kupingnya. Namun tadi malam sebelum terlelap, sudah saya pohonkan kepada Nya, untuk Papa saya, umur yang panjang, badan yang sehat, jiwa yang matang dan bijak, akal yang jernih dan bersih, dekat dengan berkah selamat dan rejeki, jauh dari petaka, hidup yang dicukupkan dan dianugrahkan bahagia. Saya bisikkan juga pada Nya,ucapan terimakasih yang tidak akan cukup saya tegaskan dengan kata-kata, untuk kesempatan yang dihadiahkan kepada saya, menjadikan Papa saya sebagai Papa saya. Saya mensyukuri kenyataan, bahwa dalam tubuh saya mengalir darahnya, menunjukkan bahwa saya benar-benar bagian darinya. Saya mensyukuri memilikinya sebagai Papa. Seorang yang selalu berhasil membaca raut saya. Seorang yang bisa membaca pikiran saya, dan menetralisir pikiran-pikiran buruk saya. Seorang yang meninabobokan saya, menggendong saya berjam-jam sampai saya bisa tertidur saat dulu tangan saya pernah retak, mengajarkan saya memegang pensil, membaca, berhitung, membaca jam, menyebrang jalan, menyisir rambut, ahh.. tidak akan mampu saya sebutkan satu persatu. Seorang yang selalu bisa menerima saya, sebesar apapun kesalahan yang saya lakukan. Seorang yang selalu memaafkan dan tetap mencintai saya, tanpa pamrih, tanpa meminta kembali untuk dicintai sebesar itu juga.
Hal terakhir, yang saya mohon dari Nya tadi malam, adalah kesempatan untuk lagi-lagi tetap berdekatan hidup dengannya, mungkin sampai di sirkumstansi berikutnya, kalau memang kesempatan itu ada.

Hari ini Papa saya berulang tahun. Genap setengah abad usianya. Saya sangat ingin berada di dekatnya, menikmati mie ulang tahun dan ayam goreng bersamanya. Bertukar cerita.. melempar tawa.. mensyukuri adanya.

Always miss you Pop..
XOXO

Freitag, 23. Oktober 2009

jauh mu .

dimensi
ruang biru
jam dinding menyatakan waktu
bunyi kulkas
wangi kopi dan kebul asap rokok mu.

kamu
rambut panjang mu yang terikat
kaos coklat
celana panjang warna hitam
sepatu converse hitam dengan satu bintang
satu koper super besar
dan rokok yang tanpa henti kau hisap.

aku
... atau bukan aku ?
duduk ... tak mengada
memunguti air mata yang tidak rela dijatuhkan.

maka selesai sudah satu babak lagi - sia sia .


i don't want you to leave. never want you to leave.

Sonntag, 18. Oktober 2009

I decide


Ini adalah pengalaman pertama saya, meletakkan sebuah jabatan yang saya pegang sebelum seharusnya masa jabatan itu berakhir. ' mengundurkan diri ' - mungkin itu istilah tepatnya.
Bagian yang paling berat dari 'mengundurkan diri' adalah saat saya harus bertatapan dengan orang yang sebelumnya mempercayakan jabatan itu kepada saya. Lebih dari satu bulan saya menyiapkan dan melatih bibir saya untuk mengucapkan kata-kata yang pas dan santun, saat menyampaikan niat saya untuk mundur. Mungkin karena saya tahu, bahwa mundur sama sekali bukan wujud dari sikap bertanggungjawab, sehingga saya sangat sulit dan hampir tidak berani mengungkapkan niat saya itu. Bagian berat nomer dua, adalah saat seseorang itu tadi berusaha untuk meyakinkan saya, bahwa mundur adalah keputusan yang salah. Apalagi mengingat bahwa seseorang itu, adalah seseorang yang menurut saya mempunyai kemampuan sihir lewat kata-katanya. Saya selalu merasa terhipnotis saat mendengarnya berbicara. Transmiter-transmiter di otak saya selalu ingin menyetujui pernyataan demi pernyataan yang dia lontarkan. Jujur, sudah sempat terlintas di benak saya untuk membatalkan saja niat mundur itu. Tapi segala alasan yang sudah saya rangkum dan bendung selama beberapa bulan terakhir ini lah yang akhirnya lebih kuat berteriak, dan saya tidak mampu menolak untuk tidak menghiraukannya. Jadi saya berperang. Sihir yang saya dengar lewat kata-kata seseorang itu tadi pun, saya tawarkan dengan kata-kata dari mulut saya. Bukan dengan mantra atau aji-aji apapun. Saat itu saya hanya mengutarakan pikiran saya, diri saya, benak saya.

Saat ini saya membayangkan nama saya akan hanya ditulis seperti adanya nama saya tertulis pada akte kelahiran. Tanpa embel-embel organisasi yang selama tiga tahun terakhir ini sepertinya dilekatkan sebagai tambahan identitas saya. Meletakkan jabatan, mengundurkan diri, menarik diri, atau apapun itu istilahnya, bukanlah hal yang akan saya lakukan begitu saja tanpa alasan. Namun saat ini, kali ini, saya pikir alasan yang saya punyai, cukup kuat untuk menjadi dasar dari keputusan saya untuk mundur. Bahkan kalau hal ini menyebabkan beberapa perubahan dalam hidup saya, saya akan menerima konsekwensi nya. Ya, saya siap menjadi hitam, kalau dengan begitu, saya bisa diputihkan lagi suatu saat nanti.

Mittwoch, 30. September 2009

pindahan


Ini postingan pertama kali yang akan saya post-kan dari tempat tinggal saya yang baru.
Yap, sejak tadi sore saya sudah resmi berpindah dari tempat tinggal lama ke tempat tinggal baru yang sekarang ini.
Sekalian sharing tentang sistem tinggal di apartemen pelajar di kota München yang agak sedikit rumit.
Di Jerman ini, para mahasiswa bisa tinggal di apartemen pelajar yang dimiliki oleh tiap kota. Keuntungan utama adalah, harga sewa nya lebih murah daripada apartemen umum. Selain itu, letak nya pun biasa nya tidak jauh dengan kampus. Keuntungan lainnya adalah fasilitas seperti mesin cuci, mesin pengering cucian, internet flatrate, ruang belajar, ruang pesta, mesin automat minuman atau snack ringan dll .. . Tentu saja tidak semua apartemen mempunyai fasilitas itu, masing-masing apartemen dilengkapi dengan fasilitas nya masing-masing. Semakin tinggi harga sewa apartemen itu, akan semakin bermacam-macam pula fasilitas dan kelayak-hunian apartemennya.
München, mempunyai peraturan membatasi jangka waktu tinggal di apartemen itu. Setiap pelajar yang terdaftar di Universitas München, hanya mempunya jatah tinggal selama 3 tahun di satu apartemen. Seandainya kita sudah tinggal di salah satu apartemen pelajar milik kota München selama 3 tahun, kita harus keluar dan pindah ke apartemen yang lain. Kita bisa pindah ke apartemen pelajar lain yang tidak dimiliki oleh kota München melainkan privat ( misalnya, tempat sekarang saya tinggal ini adalah sebuah apartemen pelajar privat, dia dimiliki oleh yayasan Katholik ) , atau pindah ke apartemen umum yang biasa harganya lebih mahal ditambah lagi dengan biaya listrik, gas, dan air yang masih harus kita tanggung sendiri, atau kita bisa juga tinggal di rumah orang Jerman yang menyewakan sebuah kamar di rumahnya.

Semua ada positif dan negatifnya. Dan setelah berulang kali berpikir dan berhitung, saya memutuskan untuk mengambil sebuah kamar di apartemen pelajar privat yang sekarang ini saya tempati. Disini, saya juga akan mendapatkan jatah 3 tahun tinggal. Apartemen yang sekarang ini lebih tua daripada apartemen saya sebelumnya. WC dan Kamar Mandi juga tidak ada di dalam kamar, tapi di luar dan harus berbagi dengan tetangga-tetangga yang berada satu lantai dengan saya. Tiap lantai ada sekitar 20 kamar dengan 4 kamar mandi, dan 3 WC pria , 3 WC wanita. Dari segi WC dan kamar mandi, saya mutlak lebih menyukai apartemen saya yang lama, di mana saya memiliki WC dan kamar mandi di dalam kamar saya, yang berarti juga saya tidak harus berbagi dengan tetangga-tetangga yang lain. ( maaf sebelumnya** - WC jorok dan bau ternyata bukan hanya ada di Indonesia. ) Sementara dari segi dapur dan ruang makannya, saya lebih menyukai apartemen yang baru ini. Di apartemen yang baru ini, terdapat dua buah dapur, masing-masing lengkap dengan kompor listrik dan backoven juga tempat cuci piring. Dua buah dapur ini, akan dihubungkan oleh satu ruang yang luas dengan sofa dan meja-meja, juga dilengkapi dengan televisi, di situ kita bisa makan atau sekedar ngobrol sambil nonton TV.

Saya menyadari betapa barang saya sudah sangat beranak-pinak sejak saya pertama kali menginjakkan kaki di jerman. 10 kardus, 1 koper besar, 1 koper kecil, 1 tas ransel besar, masih ditambah dengan Personal Computer dan Monitor, coffee maschine, vacuum cleaner, TV, beberapa pot tanaman, aquarium saya beserta perangkatnya, dan 1 sepeda. Fiuh ! Untung saya punya teman-teman yang mau membantu. Yang saya kerjakan sendirian hanyalah packing dan bebersih apartemen lama. Teman-teman saya membantu mulai dari mengangkat barang-barang tersebut di atas, dari apartemen saya yang lama masuk ke dalam mobil pindahan, lalu mengatur di dalam mobil pindahan biar kardus-kardusnya tidak ada yang jatuh atau mengguling dan tidak ada barang yang pecah, lalu teman saya juga yang menyetir mobil pindahan itu, kemudian menurunkan barang-barang dari mobil dan membawa nya ke apartemen baru saya ini.

Sekarang barang-barang itu masih di dalam kardus. Saya belum membukanya semua. Yang saya keluarkan hanyalah barang-barang yang penting-penting dulu. Seperti pakaian, alat mandi, alat makan, dan tentu saja komputer :) Besok akan saya bongkar pelan-pelan saja kardus-kardus itu. Saya masih akan memikirkan tata ruang yang paling oke. Yang senyaman mungkin, dan tidak membuat saya terus merindukan apartemen saya yang lama ..
even at this time, i just want my old bed .. i want to sleep on my old bed..

night everyone, wish me a nice dream on my new and a bit strange bed.

Samstag, 26. September 2009

boleh pergi


kalau ternyata selama ini, memang tujuan mu menjadikan saya teman, hanyalah agar kamu bisa kapan saja meminjam uang saya, (maafkan.. ) saya mengutuk perbuatan mu itu.
mungkin ada yang sedikit meleset dari perhitungan mu, orangtua saya memang cuma punya anak satu, saya. tapi bukan berarti saya bisa memiliki segala sesuatu nya secara berlebih. mungkin ada sesuatu yang lepas dari penglihatanmu,kenyataan bahwa saya juga harus mengurangi waktu tidur saya, membatasi waktu jalan-jalan saya, bahkan kadang mengurangi jatah belajar, untuk melakukan part time job.

jadi kalau kali ini, saya tidak bisa memenuhi apa yang kamu minta, karena saya sendiri sedang membutuhkan uang itu, dan kamu harus jadi senewen dan tidak mau berbicara kepada saya.. silakan diamkan saya, selama apapun kamu mau. saya lebih memilih lagi-lagi kehilangan satu teman, dibanding mempertahankan pertemanan yang palsu dan berorientasikan materi. kamu boleh marah, boleh benci, boleh mengatai saya, boleh tidak mau lagi berteman dengan saya. saya tidak peduli.
saya tidak mau punya teman palsu.

terimakasih untuk semuanya. terutama untuk semua tawa yang sudah kamu hadirkan dalam hidup saya. mungkin sudah saatnya kita mengambil jalan yang berbeda. sayonara.

Samstag, 19. September 2009

cause broken heart won't kill, if you don't let it happen

Seorang kenalan baru pernah bertanya kepada saya, apakah saya sedang dalam keadaan 'broken heart' yang sangat parah, setelah dia membaca salah satu postingan di blog saya ini. Saya tidak mampu menjawab pertanyaannya. Bukan karena saya tidak mau, bukan karena saya tidak ingin dia ikut campur perasaan saya, namun karena saya sendiri tidak tahu pasti.

Dalam keadaan seperti apakah, seorang manusia digolongkan sebagai seseorang yang sedang mengalami patah hati ? Dan skala apakah yang mampu mengkondisikan seberapa parah patah hati itu ?

Kehilangan yang sangat besar dan begitu menghantam diri saya, sudah pernah saya alami dua kali. Pertama, adalah saat saya kehilangan Oma. Oma adalah seseorang yang merawat saya dari bayi hingga saya hampir dua tahun. Oma bagi saya adalah seseorang yang selalu lembut, selalu mempunyai dongeng sebelum tidur, selalu wangi, selalu tertawa, selalu ramah, selalu memasak makanan enak, selalu cantik, dan yang paling indah adalah kenyataan bahwa dia selalu mengistimewakan saya. Oma saya harus pergi untuk selamanya saat saya kelas 3 SMA. Tidak berapa lama setelah saya menulis ujian akhir SMA. Saya rasa, saat itulah saya merasakan patah hati yang begitu mendalam. Saya tetap hidup seperti orang hidup. Bernafas, makan, tidur, berjalan, namun segala sesuatunya seperti tanpa esensi. Saya tidak bisa mempercayai seseorang yang sangat saya cintai itu tiba-tiba harus tertidur tanpa pernah bangun kembali. Tidak akan ada balasan saat saya menyapa, tidak akan ada lagi belaian di kepala saya saat saya mencium pipinya, matanya tidak akan terbuka lagi untuk melihat saya, dan suaranya tidak akan pernah saya dengar lagi. Saya terpuruk, saya merasa ditinggalkan, saya merasa kecil dan tidak berguna.

Kali kedua adalah saat seorang yang juga sangat saya cinta, seorang laki-laki muda yang saat itu bisa disebut teman spesial saya, tiba-tiba berhenti berbicara kepada saya. Sepertinya saya tidak pernah ada dalam hidupnya. Dia benar-benar komplit tidak mengacuhkan keberadaan saya lagi. Beberapa lama setelah aksi diam nya, tanpa menjelaskan satu pip pun kepada saya, saya mendengar bahwa dia mempunyai teman spesial baru. Dia punya cinta yang baru untuk seseorang yang baru. Saat itu saya benar-benar berpikir saya habis. Saya pikir saya akan pelan-pelan hilang tertelan perasaan saya sendiri yang serba terlalu. Terlalu sedih, terlalu kecewa, terlalu cemburu, terlalu marah, terlalu menyalahkan diri sendiri, terlalu nekad !

Kenyataannya adalah, saya masih ada sampai detik ini. Dua kali patah hati yang begitu dalam dan saya pikir akan memangsa jiwa saya sendiri lambat laun, tidaklah menjadi benar. Waktu membawa saya menjadi pulih dan kuat kembali. Bahkan mungkin jadi lebih kuat dari sebelumnya. Pikiran bahwa saya tidak akan mampu melewati semuanya itu, juga bukanlah suatu yang menjadi nyata. Awalnya memang berat, awalnya memang semua menjadi lebih gelap dan lebih dingin. Namun suatu pagi saya menemukan mata saya tidak lagi basah dan bengkak. Suatu hari saya menyadari bahwa saya mampu membicarakan kepergian Oma saya, atau keputusan mantan teman spesial saya itu, tanpa ada rasa sakit di dada. Bahkan sekarang ini, kalau saya sedang menuliskan semuanya, saya hanya merasa sedikit getir, namun saya tidak lagi bersedih hati, saya tidak harus lagi meneteskan airmata. Saya bangga dan bahagia untuk segala liku yang boleh saya lewati, lebih lagi kalau saya berhasil melewatinya dengan baik dan mampu meneruskan perjalanan saya.

Apakah saat ini saya kembali mengalami patah hati itu ? Apakah patah hatinya parah, bahkan lebih parah dari dua sebelumnya ? Saya tidak tahu ..
Saya tahu saya akan mengalami 'kehilangan' sekali lagi. Dan kali ini, beda seperti dua sebelumnya. Saya yang akan menghilang. Saya yang akan menutup semua celah, agar saya dan dia tidak mungkin lagi saling bertemu. Bukan karena saya tidak meninginkannya lagi. Justru sebaliknya, semakin hari saya semakin kecanduan akan dirinya. Bukan karena dia melakukan suatu kesalahan dan saya tidak bisa memaafkannya, justru sebaliknya keputusan saya lah yang mungkin tidak termaafkan. Bukan karena rasa saya untuknya berubah, justru karena saya tidak berubah sama sekali, tidak jiwa, tidak raga, untuk itu lah saya harus pergi. Untuk apa semuanya ini saya lanjutkan, kalau saya 100% pasti, bahwa tidak ada masa depan untuk satu hal ini ?
Saya yang akan pergi, saya yang akan menghilang, tapi saya juga yang akan kehilangan dia setengah mati.

Belum ada yang tahu, apa saya akan mengalami patah hati yang parah ? Dan apakah akan lebih parah dari sebelum-sebelumnya. Toh saya tidak akan mengukurnya. Buat saya, semuanya itu sama. Menyedihkan !
Namun dengan berjalannya waktu, saya percaya luka akan kembali tertutup. Saya percaya segala sesuatu yang awalnya mustahil untuk dijalani, perlahan akan menjadi suatu kebiasaan. Saya akan terbiasa hidup tanpanya. Saya akan terbiasa tidak lagi mendengar suaranya. Saya akan berhenti merindukannya dan memanggil namanya dalam hati. Saya tahu, semuanya akan kembali baik-baik saja.. separah apapun hati ini pernah atau akan patah.

PS : dear XO, countdown really counts now.. I'll make sure I'll completely disappear. As if.. I were never exist.

Mittwoch, 16. September 2009

what to do, when in a bad mood

i had pretty gloomy mood this morning. untung saja saya masih bisa mengenakan topeng dan tidak melampiaskan mood buruk saya ke orang-orang di dekat saya.
saya berusaha menyibukkan diri saya sendiri. merapikan kamar, menyedot debu, mengganti sprei yang sebenernya baru saya ganti beberapa hari lalu, membersihkan filter aquarium dan mengganti kapasnya.. dan hal-hal lainnya yang sebenarnya kurang berguna. saya pikir dengan mengalihkan perhatian ke hal lain, saya jadi bisa lebih tenang, lebih tidak senewen. bahkan setelah kenyang makan siang, saya tidak merasa lebih baik. saya tetap merasa bosan, murung, kesal, iri, putus asa, entah karena apa saya sendiri juga tidak tahu.
seperti sebelum-sebelumnya. hal yang cukup sakti untuk memulihkan suasana hati saya kembali seperti semula, adalah dengan pergi tanpa tujuan dan mengambil beberapa foto. tadi siang saya juga melakukannya. dan seperti biasa, berhasil !


saat jalan-jalan saya mulai menyadari bahwa musim kesayangan saya sudah benar-benar di depan mata. daun-daun mulai menguning, temperatur jadi lebih rendah, hujan turun lebih sering, dan saat orang berjalan akan terdengar suara ' kresek-kresek ' yang sangat lucu dari daun-daun kering yang terinjak.

saya membiarkan kaki saya melangkah dari pusat kota menuju Hofgarten. Salah satu taman yang lumayan apik di München. Tidak ada tujuan, hanya menikmati semua yang tertangkap mata saya. Kalau ada sesuatu yang menarik perhatian, saya akan berhenti sejenak, mengamatinya.

mengamati apa yang sedang dilakukan orang-orang juga adalah salah satu kegiatan favorit saya. saya memperhatikan betapa bermacam-macam orang datang ke taman itu, dengan tujuan yang bermacam-macam pula.

lihatlah lihatlah, bahkan beberapa sedang mengendarai Segway :) . I was damn envying it waktu melihat sekitar 7 - 8 orang mengendarai Segway nya masing-masing sambil ngobrol !


dari Hofgarten saya melanjutkan perjalanan saya ke Englischer Garten . saya menemukan beberapa obyek menarik di sini. misalnya anak kecil yang manis itu. dia dan ibu nya datang dengan sepeda, khusus untuk memberi makan kepada bebek-bebek itu ( well ngga semuanya bebek, yang putih sejenis burung ). lucunya adalah, anak kecil itu takut si bebek akan melukainya. jadi, setengah detik setelah dia melempar makanan ke bebek-bebek itu, dia akan meloncat mundur, atau sembunyi di belakang ibu nya. sungguh pemandangan yang menyenangkan.

apa yang membuat saya tertarik dengan pemandangan di atas ? buku yang dibacanya bukanlah sekedar novel, atau roman, atau cerita misteri, atau koran pagi. buku yang dia baca adalah tentang ilmu mesin ! saya salut dengan semangat belajar atau semangat ingin tahu yang dia punya. meskipun umur nya sudah lanjut, meskipun saya percaya pasti tidak lagi mudah untuknya membaca huruf-huruf kecil tertera di buku itu, dia tetap tekun. saya malu, karena sampai sekarang ini, saya hanya belajar demi lulus ujian. sedangkan kakek itu, dia belajar untuk memenuhi keingintahuan dalam hidupnya.

itulah pemandangan yang hari ini boleh saya nikmati. hal-hal yang terlihat sepele namun bisa memulihkan mood saya. sesampainya di rumah saya menyadari kalau kaki saya pegal karena berjalan dari jam 14 hingga 19, dan bahu saya sakit karena digantungi tas selama 5 jam juga. tapi saya senang. saya tidak lagi merasa bosan dan muram.

dan yang lebih mendukung lagi agar saya bersenang hati, adalah dua hal di bawah ini

sebelah kiri adalah buku dari Stephenie Meyer - New Moon, dengan bahasa jerman. memang sudah sangat telat baru membeli nya sekarang. saya selalu menundanya, karena berharap bisa meminjamnya di perpustakaan kota atau membaca ebook nya saja. tapi akhirnya, toh saya beli juga bukunya :D

sebelah kanan adalah o2 surfstick, yang saya sebenarnya tidak ada rencana sama sekali untuk memilikinya. namun karena hari ini ada penawaran yang sangat-sangat menguntungkan, saya mengambilnya juga. jadi kalau bulan depan pindah ke apartemen baru, tidak akan takut mati gaya karena tidak bisa online :D

i hope you all have a good mood to start your day today, and if not.. maybe you should try my recipe ;))

Dienstag, 15. September 2009

little confession

bingung
sudah saya susun kata demi kata
lalu saya hapus lagi
ngga ada yang pas !

saya tidak kenal diri saya lagi


kalau orang mau bilang saya lebih dungu dari keledai

monggo
, toh memang saya dungu
mengulang kesalahan yang sama dua kali.

kalau orang bilang saya buta dan tuli

monggo juga
, saya sengaja mematikan indra saya.

saat ini saya hanya ingin mencoba jujur kepada diri saya sendiri
bukan pada segala teori, rumus, atau tetek bengek yang mengekang

saya hanya ingin tidak munafik kepada diri saya sendiri.


jadi di sini lah saya

dengan singkat padat jelas
hanya ingin memberitahu mu
i miss you
sangat bahkan !

Donnerstag, 10. September 2009

sh*t happens, but ..

Life' real failure is when you don't realize how close you were to success when you gave up
(http://thinkexist.com/quotations/failure/)


no, i will not give up
I will just try and try again
and if I fall
I know I can get up again
,
it can be hard
it may take time

but it doesn't matter
as long as I know
as long as I believe
in Him, I will just be OK.


why Iris-Pic ? because it means Hope.

Freitag, 4. September 2009

untuk diingat ( dan dilaksanakan )

Nanti . Suatu saat nanti, kalau saya dikaruniai kesempatan menjadi seorang Ibu, untuk anak-anak yang dititipkan dari Nya ..
- saya tidak akan mempermasalahkan waktu yang harus saya gunakan untuk memotong-motong wortel, ayam, kentang, bayam, atau apapun untuk mengolah makanan yang enak dan bergizi untuk anak saya. Bukan makanan instan kalengan !!

- saya tidak akan mempermasalahkan waktu yang harus saya gunakan untuk mencuci, menjemur, dan menyetrika setumpuk pakaiannya ( berikut sprei dan selimutnya ) , selama dia bisa selalu mengenakan pakaian yang bersih, hangat, kering, tidak lecek dan tidak bau !!

- saya tidak akan mengomel di depannya betapa lengan saya pegal, karena dia begitu gendut nya, namun selalu minta digendong, dan tidak akan berhenti menangis jika tidak digendong. saya tidak menjanjikan menggendongnya 24 jam, tapi saya berjanji tidak akan mengomel di depannya betapa dia berat dan menyusahkan !!

- saya akan lebih memilih mengirit untuk tidak membeli sepatu atau baju atau tas baru untuk saya, atau tidak mengacuhkan peralatan dapur terbaru yang ibu-ibu tetangga perbincangkan, tapi bisa membelikannya baby oil atau baby lotion yang bagus, yang bisa membuat kulitnya tetap halus dan mengurangi kesensitifannya.

- kalau semuanya itu masih tidak cukup. kalau semuanya itu masih tidak membuatnya terlengkapi, saya mau dia tahu, ada satu yang bisa dia pegang selama hidup saya, yaitu bahwa saya mencintainya !!

( catatan kecil setelah menghabiskan waktu beberapa hari dengan seorang Ibu muda dan anak bayinya. beberapa hari yang terasa sangat panjang. beberapa hari yang saya habiskan dengan menghela napas panjang, menahan emosi, dan menggelengkan kepala, dan diam-diam mengikrarkan janji dalam hati " saya tidak boleh jadi seperti Ibu itu, saya harus lebih baik ! saya harus lebih waras ! " )



Montag, 31. August 2009

disiplin untuk setia


Dear Padre,

lagi-lagi ini surat dari saya. Tolong jangan enggan meneruskan membacanya, saya berjanji kali ini tidak akan ada protes atau keluhan.

Sebenarnya saya sering bertanya-tanya, buat apa menuliskan surat seperti ini, atau mengucapkan kata-kata lewat doa, apabila Kau melihat semuanya lebih jelas - apabila Kau mengetahui segala sesuatunya lebih dari yang lain. Saya percaya Kau bahkan lebih mengerti dari saya sendiri, apa yang hati saya inginkan. Tapi biarlah saja ini terjadi, karena ini adalah bentuk dari suatu komunikasi, ya.. ini yang membuat saya merasa aman dan percaya Kau selalu serta. Biarkanlah saya tetap menuliskan surat-surat kepadaMu, mengucapkan kuncup-kuncup doa kepadaMu, dan melantunkan pujian untukMu - biar saya tetap bisa merasakan dekat padaMu, biar saya tetap merasakan betapa melimpahnya kasihMu melalui doa yang didengarkan dan permohonan yang dikabulkan.

Seperti yang saya janjikan, kali ini tidak akan ada protes.. tidak ada keluhan.. . Saya hanya ingin mengucap syukur untuk kesabaranMu selama ini, dan memohonMu untuk tetap bersabar sampai nanti. Saya sadar, membutuhkan waktu yang sangat lama untuk saya menyadari bahwa beban yang terasa begitu berat saya tanggung, sebenarnya hanyalah sepertiga nya saja. Engkau yang menanggung duapertiga nya, Engkau yang selalu sudah matang-matang memperhitungkan semuanya yang bisa jadi kapasitas saya. Saya percaya, bahwa pencobaan yang mungkin Kau turunkan untuk saya, adalah pelajaran yang melatih saya untuk tumbuh menjadi lebih besar dan lebih dekat lagi di dalam Mu. Saya percaya, bahwa Kau tidak memilihkan pencobaan untuk saya yang terlalu sulit atau terlalu berat untuk saya tanggung. Kau selalu ada, Kau selalu rela menyodorkan kedua tanganMu untuk membantu saya mengangkat bebannya. Masalahnya adalah, saya seringkali tidak lagi mengingat hal itu saat saya terjebak pada situasi yang saya anggap sebagai jalan buntu. Saat saya merasa sudah berusaha semaksimal mungkin untuk berhasil, namun kegagalan lah yang saya dapatkan, saya mulai tidak setia padaMu, saya ngedumel, saya mempertanyakan keberadaan dan kebesaran hatiMu. Saat saya merasa sudah memberikan yang terbaik dari diri saya, namun balasan buruk adalah apa yang saya terima, saya mulai memalingkan diri dariMu, saya merasa dibohongi, dan meragukan cinta sejatiMu. Saat masalah demi masalah datang bergantian, saya sering melupakan bahwa saya hanya bisa menyusun rencana, namun rencana dan kehendakMu lah yang baiknya terjadi.

Inilah inti surat saya kali ini. Saya mohon tetaplah sudi bersabar menghadapi saya yang dungu tapi keras kepala ini. Mohon tetap berkahi saya kedisiplinan setia berjalan di dalamMu. Agar mata ini tak beralih dariMu satu detik pun, saat langit cerah ataupun saat badai menerpa. Mohon tetap ingatkan saya untuk tidak gentar menghadapi masalah, karena tidak ada satu masalahpun yang tidak turut Kau tanggung. Tetaplah bersabar.. , tetaplah pelihara saya.. karena hanya dengan bersandar padaMu lah, saya berani tetap melangkah seberat apapun bebannya, segelap apapun jalannya.

Terimakasih untuk sudah meluangkan waktu dan membaca sampai kalimat saya yang terakhir. Terimakasih untuk penyertaan sepanjang hari ini.

dengan segenap rasa,
hambaMu yang masih harus banyak belajar.

Mittwoch, 26. August 2009

berteman, itu memilih ?

Besok pagi saya akan menemani seorang teman pindahan ke luar kota, sekitar 600km di sebelah utara München. Dia bukan lagi seorang mahasiswi kedokteran, di kota baru itu dia akan memulai kehidupannya sebagai seorang asisten dokter.

Dalam setahun terakhir ini, bisa dibilang, dia lah teman terdekat saya di München. Bukan hanya karena faktor tempat tinggal yang dekat ( kita tinggal di apartemen yang sama, dia lantai 1, saya lantai 2 ), tapi juga faktor hati dan rasa. Ada beberapa persamaan, yang mungkin mempererat pertemanan dia dan saya. Dia pernah -merasa- ditinggalkan oleh sahabat karibnya, saya juga. Dia -merasa- sudah berusaha untuk menempatkan diri sebaik mungkin, supaya bisa tetap bertahan mendapatkan tempat di hati sahabat karibnya, saya juga. Dia -merasa- serapi mungkin sudah memoles semua buruknya, menjaga agar persahabatannya langgeng, saya juga. Dia akhirnya -merasa- bahwa semua yang dia usahakan hanya membawa nihil, dan sedikit demi sedikit mengendorkan kepercayaannya terhadap persahabatan itu lalu berusaha untuk tetap jalan melihat ke depan tanpa menoleh lagi ke belakang, saya juga.
Mungkin karena adanya kemiripan pengalaman , dia dan saya bisa jadi lebih mengerti satu sama lain. Kami sama-sama tahu, seberapa sakitnya ditinggal oleh sahabat karib. Kami sama-sama tahu, betapa kami takut untuk sekali lagi mempercayai dan menganggap seseorang itu sahabat karib.
Saya percaya tidak ada yang terjadi hanya karena kebetulan. Saya percaya, kalaupun ada suatu kebetulan itu, itupun sebenarnya sudah direncanakan. Saya percaya, dipertemukan atau didekatkannya dia dan saya sejak sekitar tahun lalu , bukanlah suatu kebetulan. Justru dari ketidaksempurnaannya dan saya, kami bisa saling melengkapi. Justru karena ada luka dan trauma yang kami simpan dalam-dalam, kami bisa saling menghargai dan menjaga untuk tidak saling melukai.

Teman / Pertemanan .. kedua kata itu selalu berhasil membuat saya merenung lama. Mengingat-ingat orang lalu lalang dalam kehidupan saya. Mampir, tinggal, pergi. Kenalan, berhubungan, bersahabat, pertengkaran, perpecahan, perpisahan. Sebagai seseorang yang tinggal jauh dari orangtua dan saudara, saya tahu benar seberapa besar arti teman. Saya bukan orang yang gampang berteman dengan siapa saja, sayangnya bukan. Saya juga bukan orang dengan hati yang besar, yang mau membuka telinga untuk siapa saja yang butuh didengarkan, sayangnya bukan. Tapi saya tahu benar, apa yang bisa saya berikan, akan saya berikan untuk teman saya - untuk sahabat saya. Suatu emosionalitas yang tinggi inilah, yang justru selalu membenturkan saya pada kenyataan, bahwa teman atau pertemanan pun tidak abadi. Sama seperti segala sesuatu lainnya, pertemanan pun sepertinya punya takaran yang bisa berubah atau bahkan menjadi habis !
Saya semakin menjadi tidak yakin, mana yang lebih baik, berjalan sendiri dan sepi, tapi tidak mengalami sakit karena ditinggal atau dikhianati, atau menjalin pertemanan dengan risiko ditinggalkan dan lagi-lagi merasa sakit dan kecewa.

Saya berharap suatu waktu nanti saya bisa menilai hal-hal dengan lebih jelas dan menemukan jawaban atas keragu-raguan saya. Saya berharap saya bisa menjadi teman yang lebih baik , yang bisa lebih memahami keinginan orang lain. Dan saya juga berharap, seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya usia, saya tidak akan lagi terluka dalam, atas gores yang mungkin ditimbulkan oleh seorang teman.

Seberapa pantaskah, persahabatan itu diperjuangkan, seandainya seorang sahabat itu, pernah pergi meninggalkanmu dan tidak lagi menganggapmu ada ? Dan apakah, seorang itu masih layak dipanggil sahabat ?

Freitag, 14. August 2009

nulis blog, ide orang lain ?

Kira-kira seminggu yang lalu, seorang teman dekat saya bercerita, dia baru saja mengirimkan e-mail ke Administrator Deviantart. Teman saya ini menemukan satu gambar, yang dipasang oleh seseorang yang mengaku gambar itu adalah hasil karyanya. Padahal gambar itu beberapa waktu sebelumnya, sudah pernah terpampang di Deviantart, dan tentu saja hasil karya orang lain.
Jujur, saat itu saya tidak terlalu mengerti, kenapa teman saya sepeduli itu. Toh itu karya orang lain, bukan karya dia. ' kamu kan tidak dirugikan secara langsung, kok sampe bela-belain kirim email ke admin segala ? ' kalimat itu otomatis keluar dari mulut saya. ' plagiat ya plagiat. mau yang ditiru karya ku atau bukan, tetep aja aku ga bisa terima orang kayak gitu. enak aja, hasil kerja orang kok diaku miliknya ! ' jawaban itu yang saya dapatkan, dari nada nya saya tahu dia benar-benar kesal dan tidak terima. Saya tidak mengiyakannya, tidak juga membantahnya. Saya masih tidak mengerti, kenapa dia bisa sekesal dan sesewot itu, padahal bukan karya dia yang dicolong orang.
Kemarin malam, saya akhirnya mengerti apa yang dirasakan teman saya itu. Saya akhirnya memahami, kenapa dia bisa sekesal dan se-tidak terima itu, meskipun bukan karya nya yang dibajak orang.

Salah satu blog yang menjadi kunjungan wajib saya akhir-akhir ini adalah blog dari seorang penulis muda Jenny Jusuf. Menurut saya tulisannya tidak muluk-muluk. Sederhana, tapi serat arti. Dan yang saya paling suka, adalah saat dia menulis tentang orang-orang dalam kehidupannya, saya bisa merasakan ketulusan dan sukacitanya saat menuliskan itu. Kemarin malam, saya melakukan rutinitas berkunjung ke rumah maya nya. Ada postingan baru di blog nya. Setelah selesai membacanya, saya kemudian membuka link dari blog yang dimaksud. Saya hampir tidak mempercayai mata saya. Tulisan Jenny Jusuf untuk Ayahnya yang saat itu berulang tahun, benar-benar di copy-paste ! ( oh well, mungkin ada satu ada dua kata yang diganti. mama jadi Ibu.. , tapi percayalah, tidak akan lebih dari lima kata yang diganti )
Sayang sekali bukti autentik nya sudah dihilangkan oleh yang bersangkutan, sehingga saya tidak bisa menunjukkan hasil pembajakan blog itu.

Saya tidak habis pikir, apa yang sebenarnya ada dalam benak si neng satu ini saat meng-copy-paste karya Jenny Jusuf ke blog nya. Seandainya dia memang sangat terkesan dengan karya Jenny Jusuf, dan ingin ikut mempublikasikan karya itu di blog nya, sebelumnya dia bisa minta ijin ke penulis aslinya, yang saya rasa akan dia dapatkan juga. Atau mungkin dia ingin terlihat hebat, bisa menghasilkan tulisan keren. Kalau memang itu tujuan dia, menarik perhatian, saya rasa dia berhasil. Dia mempunyai banyak sekali pengunjung di blog nya. Pengunjung-pengunjung setia nya itu juga selalu meninggalkan pujian-pujian tingkat tujuh untuk tulisannya. Dan dengan adanya pembajakan blog ini, meskipun dia sudah menghapus entry nya, dia jadi lebih terkenal !!

Ya, emosi saya juga meninggi saat saya tahu karya Jenny Jusuf dibajak orang. Bukan karya saya yang dicomot (emmh, sapa juga yang mau nyomot tulisan saya.. hehe ), tapi saya merasa jengkel. Karya seseorang adalah hasil buah pikir. Kalau kita menghargai seseorang, kita akan menghargai juga hasil buah pikir mereka, ide-ide mereka, karya mereka. Bukannya malah mengklaim karya itu sebagai milik kita.

Masing-masing blogger memiliki tujuan berbeda mengapa mereka menulis blog. Saya menulis hanya untuk menyenangkan diri saya sendiri. Beberapa hal lebih bisa saya interpretasikan dalam tulisan, dibanding dengan kata-kata. Beberapa hal memang tidak akan pernah bisa saya utarakan dengan kata-kata, tapi saya bisa menyusun paragraf untuk mengungkapkan semuanya itu. Di luar sana pasti ada, orang yang menulis blog dengan tujuan memperoleh banyak teman atau kenalan baru. Atau untuk menjadi lebih eksis dalam dunia maya, saat mungkin dirasa tidak ada lagi tempat yang bisa didapatkan di dunia nyata.
Menurut saya itu sah-sah saja. Toh dari perbedaan-perbedaan tujuan didirikannya sebuah blog, menjadikan dunia blog ini begitu bervariasi, dan bukan monoton itu itu saja.
Tapi, dalam kebebasan itu pun, ada limit yang harus kita perhatikan. Hargai orang lain, hargai karya orang lain !

so, through this post, I say NO to plagiarism !

Mittwoch, 12. August 2009

laterna magica


"adalah kebaikan, bahwa kita pernah dekat
akan selalu dekat"

itu adalah kata-kata yang dia tuliskan di halaman terakhir buku catatan les jerman saya. di sebelah atas tulisan itu, ada gambar dua anak perempuan sedang mengaitkan kelingking nya satu sama lain.

Saat itu saya baru saja lulus SMA, tidak langsung melanjutkan kuliah, saya mendalami bahasa Jerman dulu. Kerjaan saya setiap hari nya ( senin - jumat, 7.30 pagi sampai 13.00 ) adalah mempelajari bahasa Jerman ( yang waktu pertama kali benar-benar terdengar seperti bahasa planet ) secara intensif di Goethe Institut Bandung. Di situ lah saya mengenal dia pertama kali. c h r i s t i n e
Tidak ada yang istimewa di awal perkenalan kami. Semuanya mengalir begitu saja, hingga kita menjadi dekat.. sangat dekat.

Christine adalah seorang perempuan mungil berrambut panjang, dengan kulit putih bersih sama seperti warna kesukaannya, dan memiliki sepasang mata yang indah. Entah kenapa, saat melihat dia sedang berpikir, saya merasa dia berpikir dengan matanya, bukan dengan otaknya saja. Entah kenapa, saya merasa sepasang mata itu mampu mengekspresikan lebih dari apa yang sedang Christine ceritakan ke saya.

Berkenalan, berteman, - dan bahkan kalau sekarang ini kami merasa saudara satu sama lainnya - adalah salah satu anugrah dalam hidup saya. Christine adalah seseorang yang punya lebih dari satu peran dalam hidup saya. Dia adalah teman saat saya membutuhkan seseorang untuk berbagi rasa atau sekedar menghabiskan waktu, dia adalah seorang kakak yang penuh kelembutan dan kasihsayang menjaga adiknya saat saya merasa saya tidak punya siapa-siapa lagi selain dia, dia adalah seorang musuh yang bahaya untuk saya saat dia mengingatkan dan menarik saya kembali ke jalan yang benar saat saya terlena dan menyimpang dari sana. Di luar itu, di luar hubungan pribadi antara saya dan Christine, buat saya dia adalah seorang seniman besar !

Saya sangat bangga sekaligus ikut bahagia karena di waktu-waktu terakhir ini, karir nya semakin meningkat. Karya-karya nya semakin digemari di mana-mana. Nama nya mulai sering terdengar di media massa. Saya sungguh dengan tulus ikut merasa lega, kalau perjalanan panjang dan kerja keras nya selama ini, mendatangkan hasil. Tapi yang membuat hati saya lebih tertawa riang, adalah karena Christine tetap lah Christine. Dia tidak berubah luar ataupun dalam, meskipun sekarang dia jadi lebih dikenal, dicari, digemari oleh masyarakat. Dia tetap bersedia meluangkan waktu nya menjamu saya di rumahnya saat saya pulang ke Indonesia awal tahun lalu. Dia mendengarkan cerita saya dengan telinga dan hati nya, mencatat dengan teliti kata-kata atau berita baru yang saya bawa, "biar ngga kuper" , itu jawabnya ketika saya tanya, kenapa dia mencatat semua itu.. lalu kami sama-sama terbahak dan melanjutkan minum jus strawberry yang dia bikin.

Meskipun kami terbatas jarak yang begitu jauh, meskipun membutuhkan waktu kurang lebih enam tahun sampai akhirnya kami bisa berjumpa lagi awal tahun lalu itu, meskipun dia sekarang lebih terkenal dan saya masih seorang mahasiswa kacangan yang tidak tahu apa-apa, kami tidak pernah putus kontak. Dia adalah orang yang selalu mendapatkan berita aktual tentang saya. Dan dia akan mengirimi saya e-mail panjang saat dia butuh penampung cerita.
Dan kenapa saat ini saya menulis tentang dan untuk dia, adalah karena dengan tidak sengaja, baru saja saya menemukan video nya di Youtube saat dia diwawancarai tentang karya-karya nya. Saya rasa dia benar-benar sudah keluar dari cangkangnya !

( Cici, you rock !! :) , I am really proud of you. tapi, seandainya kamu bukan seniman pun, saya akan tetap sayaaaaaaang . tetap bersinar ya, laterna magica ku. sudah banyak lampu padam, yang berhasil kamu hidupkan )

PS : maaf, tidak bisa menyebutkan secara lengkap siapa namanya. karena postingan ini ditulis sebelum minta ijin ke pihak bersangkutan. tapi saya rasa tidak terlalu banyak, pelukis perempuan Indonesia dengan nama di atas itu.. hehe

Freitag, 7. August 2009

07. 08. 09


Tidak sedikit orang yang menganggap tanggal hari ini sebagai salah satu peristiwa unik. Saya bahkan mendapatkan SMS dari dua orang teman, dengan isi yang kira-kira sama. Mengingatkan saya, bahwa hari ini, pada jam 12 menit 34 detik 56, akan terjadi susunan angka 12.34.56 7.8.09 , sesuatu yang tidak akan terjadi dua kali.

Buat saya, hari ini adalah hari yang spesial. Bukan karena susunan angkanya yang hanya terjadi sekali saja. Bukan juga hari ulangtahun saya. Hari ini saya genap lima tahun sudah berada di Jerman.

6 Agustus 2004 saya terbang ke Jerman, untuk pertama kalinya. Sehari sebelumnya, saya benar-benar merasakan perasaan yang campur aduk. Antara senang, sedih, ragu-ragu, nervous, takut, penasaran, semuanya melebur menjadi satu. Saya tidak bisa tidur malam harinya, pelan-pelan menyelundup ke kamar orangtua saya, berencana untuk tidur di tengah-tengah mereka, tapi tidak jadi saya lakukan karena takut membangunkan mereka. Saya takut orangtua saya tahu kalau saya mulai ragu-ragu, dan mulai mempunyai rasa takut untuk pergi. Akhirnya saya memutuskan untuk duduk diam saja di sofa depan TV, memandangi anjing puddel saya Chopin yang terlelap di samping saya. Sambil sesekali mengelus-elusnya, saya membayangkan betapa saya akan merindukannya.. Saya membayangkan kehidupan di tempat lain tanpa orangtua, tanpa Mbak, tanpa Chopin.. Saya tidak punya siapa-siapa di sana, apa saya betul mau ??

Semua perasaan takut dan ragu-ragu itu tiba-tiba meraib saat saya sudah duduk di dalam pesawat, dan siap diterbangkan sampai ke Jerman. Yang semakin menguat hanyalah itikad, menempuh satu jalan yang sudah dipilih setelah dipikirkan masak-masak.
Tanggal 7 Agustus 2004, pukul 13.05 waktu Jerman, saya mendarat di Düsseldorf . Dan malam itu, malam pertama saya berada di Jerman, adalah malam paling sepi , paling gelap, dan paling panjang yang pernah saya rasakan.

Hari-hari sesudahnya, tidak separah atau semenyedihkan yang saya kira. Saya mulai paham, memisah-misahkan sampah, menggunakan kompor listrik, satu kunci untuk beberapa pintu. Saya mulai punya kenalan, teman, komunitas. Telinga saya mulai mahir menangkap setiap kata yang keluar dari mulut orang-orang Jerman, otak saya menjadi lebih catas melahirkan kata-kata dalam bahasa Jerman lewat mulut saya, pencernaan saya mulai doyan dan terbiasa dengan makanan makanan Jerman. Lambat laun, ritme kehidupan di Jerman pun saya temukan ..
Saya berasimilasi, mulai kerasan dengan kebiasaan-kebiasaan Jerman, namun selalu berusaha menyelaraskannya dengan kebudayaan Indonesia yang masih sangat melekat.

Berada di luar negeri, jauh dari keluarga dan orang-orang yang saya sayangi, bukanlah suatu hal yang mudah bagi saya. Beberapa hal terjadi, susah ataupun senang, dan semuanya itu harus saya hadapi sendirian. Tidak ada papa atau mama yang selalu bisa menjaga saya dari setiap masalah. Tapi saya merasa sangat bersyukur, saya bisa diberikan kesempatan seperti ini. Sangat banyak hal baru yang sudah dan masih akan saya pelajari di sini, baik itu pendidikan, kebudayaan, pemikiran, peraturan, birokrasi, ataupun sosialisasi. Saya akan mencoba menyerap sari-sari yang baik, dan dengan filter yang kokoh akan saya saring hal-hal yang saya anggap tidak perlu saya tanamkan pada diri saya. Sampai nanti suatu saat, kalau waktu nya sudah tiba. Kalau sudah cukup banyak pelajaran yang saya dapatkan. Kalau saya secara psikis dan fisik sudah jadi lebih matang. Saya akan pulang .. , saya akan kembali pada semua yang saya sayangi.

( meskipun sepertinya.., saya akan merindukan Jerman, kalau saat itu tiba.. )

Dienstag, 4. August 2009

never again !

love
-n. A deep, tender, ineffable feeling of affection and solicitude toward a person, such as that arising from kinship, recognition of attractive qualities, or a sense of underlying oneness.
v. loved, lov·ing, loves
To have a deep, tender, ineffable feeling of affection and solicitude toward (a person)
(http://www.thefreedictionary.com/love)

if that the definition from love
then i suppose to be happy if i am in love

( well , i thought so )
but why is it hurt this much ?

and why i feel like a lunatic ?

and why i become so stupid like a donkey ?


hey you,
i never thought it would be so not easy to unlove you. you were in my dream. and when i awake, you were my coffee in the cup, you were words that i read from a book, you were the water i used to washed my hand, you were the rain, you were potatoes that i ate.. You are EVERYWHERE, just not where you really are.
three words you may hear from me today, Du fehlst mir




München-Sauerbruch, while listening to Iris-Goo Goo Dolls
And all I can taste is this moment,
And all I can breathe is your life,
And sooner or later it's over,
I just don't want to miss you tonight.


Sonntag, 2. August 2009

lucky me, that he was ( is ) there !


buat saya, tidak ada dokter atau tabib atau dukun lain yang bisa menyembuhkan luka hati saya secepat dan sesempurna Papa saya.
papa saya bukan orang yang penyabar atau telaten, tapi dalam hal menjahit luka hati saya, dia adalah dokter bedah andalan yang mampu merekatkan bagian yang tadinya sobek dengan sempurna. seperti pernah menekuni pelajaran bedah plastik bertahun-tahun, dia merekatkan bagian hati saya yang tadinya terbelah, kembali menjadi utuh lagi tanpa luka dan tanpa bekas jahitan. dia membuat hati saya berfungsi seperti normal lagi. dan yang lebih menakjubkan adalah, dia selalu siaga kapan saja dimana saja saya membutuhkannya. tidak peduli berapa kali saya memohonnya untuk menyembuhkan luka hati saya, dia melakukannya. entah di tengah malam, atau pagi buta, lewat ciuman , atau sekedar perbincangan kabel, dia punya proses penyembuhan yang jauh lebih mutakhir dari laparoskopi.

berkaitan dengan postingan sebelumnya. saya akhirnya sudah memutuskan untuk tidak lagi duduk diam seperti seekor siput buta. saya sudah berdiri, memutuskan berjalan ke depan, dan sudah mulai melangkah. ya, saya telah mengambil keputusan. satu keputusan yang mungkin tidak akan berani saya ambil, tanpa kata-kata mujarab dari papa saya. dan nanti, seandainya toh jalan yang saya pilih ini tidak semulus dan senyaman yang saya harapkan, saya tidak akan menyesal ! yang saya lakukan hanyalah untuk tetap terus bertahan, merangkak, tiarap, melompat, apapun.. demi meraih tingkat berikutnya, dimana jalan yang lebih lapang dan mulus sudah menunggu saya.

Du triffst die Entscheidung, und blickst nicht zurück !

PS : pop,thanx for alwiz there,everytime I need you. thanx for listening to me. thanx for sharing with me. thanx God for blessing me dat much and being so kind to me, that I may have you as my father in this life.

Samstag, 1. August 2009

the road of life


seandainya hidup ini saya umpamakan sebuah jalan berliku yang penuh persimpangan. saya merasa saat ini sedang terpental, pada satu jalan yang gelap gulita. tidak setitik cahaya pun berpendar di sana. saking gelapnya, saya tidak yakin, apakah saya masih berada pada jalannya, atau saya sudah terhempas entah kemana. saya melepas alas kaki saya, membiarkan telapak kaki saya menjejak-jejak kecil tanah yang saya injak, memastikan saya masih berdiri dan menginjak pada medium yang seharusnya. saya tidak berani melangkah kemana-mana. saya tidak tahu, apakah depan, belakang, kanan, atau kiri saya adalah jurang yang bisa membuat saya celaka jika ceroboh dan tergesa-gesa dalam melangkah. saya memutuskan untuk duduk.. berpikir, apa yang harus saya lakukan. saya berdoa dan berharap ada cahaya dikaruniakan untuk saya.. , atau mungkin kalau bukan cahaya, cukup suara yang bisa membimbing ke mana saya bisa berani melangkahkan kaki saya.

setiap hari di dalam hidup, tanpa disadari kita terlatih untuk membuat keputusan keputusan. bangun, mandi, kaos kuning muda dengan gambar lebah, blue jeans, sepatu putih tanpa tali, pergi kuliah, menyapa teman, duduk di bangku belakang paling kanan, semuanya merupakan suatu keputusan.
hidup saya di dunia ini sudah selama 23 tahun, entah sudah berapa banyak keputusan yang saya ambil. namun hari ini, masih sampai detik ini.. saya tidak tahu apa yang harus saya putuskan. saya seperti merasa tidak punya pilihan. ketakutan untuk mengambil keputusan yang salah sangatlah nyata. jadi saya membiarkan diri saya menjadi siput buta.. saya akan bergerak sangat lamban dan berhati-hati.. sampai saya pasti, keputusan mana yang harus saya ambil. sampai saya yakin, keputusan itu lah yang diinginkanNya untuk saya ambil. dan kalau keputusan itu sudah di tangan saya, apapun nantinya yang akan terjadi, saya akan menerimanya. saya tidak akan lagi menoleh ke belakang !

untuk ma dan pa. saya minta maaf untuk semua kebodohan kebodohan yang sudah saya lakukan, yang menjadikan hidup kalian jadi lebih berliku dan berat dilewati. tapi ingat selalu, saya mencintai kalian, sangat mencintai kalian. dan saya, tidak akan pernah membuat kalian malu !!

Freitag, 31. Juli 2009

krankenpflegepraktikum (KPP)


Perbincangan dengan seorang teman via telpon barusan, membuat saya melayangkan pikiran ke dua setengah tahun yang lalu. Teman saya, yang saya anggap sebagai 'adik kecil' yang masih sangat polos itu bertanya tentang Krankenpflegepraktikum kepada saya.

Krankenpflegepraktikum, yang kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia, kira-kira artinya : Praktikum Merawat Orang Sakit. Praktikum itu wajib dilakukan oleh mahasiswa kedokteran di Jerman, selama 3 bulan ( paling sedikit 3 x 30 hari, MUTLAK !! ). Kita tidak harus menyelesaikannya dalam 1 periode langsung 90 hari. Kita bisa memisah-misahnya, misalnya di liburan musim panas ini 1 bulan, lalu liburan semester depan 1 bulan lagi, dan selanjutnya 1 bulan lagi.. Paling sedikit harus 1 bulan, kita tidak boleh magang di rumahsakit , untuk melakukan praktikum selama 2 minggu atau 3 minggu saja. Kalau kita mau, dan niat, bisa saja kita langsung menyelesaikan 2 bulan, atau bahkan 3 bulan itu sekaligus.

'Adik kecil' saya yang masih polos itu, tadi menyuruh saya bercerita, apa saja persiapan saya dulu sebelum melakukan praktikum itu, dan bagaimana cara mendapatkan tempat praktikum di rumahsakit, juga apa saja yang harus saya lakukan selama masa praktikum itu. Saya bilang ke dia, supaya dia ambil posisi duduk yang nyaman, dan pakai headset saja sebaiknya, karena cerita saya akan sangat panjang - LOL - .

Sekitar dua setengah tahun yang lalu, setelah saya menyelesaikan college, saya harus menunggu 1 semester sampai saya masuk ke Universitas. Saya memanfaatkan waktu 1 semester itu untuk bekerja selama kurang lebih full 1,5 bulan dan praktikum langsung 3 bulan ( sisa waktu liburnya ya untuk bersenang2.. hehe ). Sebelum praktikum, selain menelpon ke beberapa rumahsakit untuk bertanya apa mereka bersedia menampung saya sebagai praktikan, saya mempersiapkan diri saya dengan melengkapi tubuh saya dengan beberapa imunisasi. Vaksin Hepatitis A , Vaksin Hepatitis B. ( Vaksin Hep. A dan B ini memang sudah pernah saya dapatkan waktu saya masih kecil, tapi bukan untuk seumur hidup ! Vaksin ini harus diperbarui lagi, apabila antibodi kita untuk virus Hep. A atau B sudah mulai berkurang. )

Setelah menghubungi beberapa rumah sakit, akhirnya ada yang bersedia menerima saya sebagai praktikan. Akhirnya hari praktikum pertama pun tiba. Saya datang dengan perasaan takut dan gugup. Saat itu saya belum menjadi mahasiswa kedokteran. Pengetahuan saya tentang dunia kedokteran bisa dibilang masih enol besar. Apalagi pengetahuan tentang sistem dan cara kerja rumahsakit di Jerman.. sangat enol besar.
Seperti yang saya bayangkan, hari pertama saya bukanlah hari yang menyenangkan. Saya merasa saya lah orang tolol sedunia, yang tidak berguna apa-apa. Saya tidak bisa menggunakan alat pengukur tensi, saya tidak mengenal tombol-tombol di ranjang pasien, saya tidak tahu di mana perban di mana kapas, saya tidak bisa ini .. saya tidak kenal itu .. saya tidak tahu ini .. saya belum pernah dengar itu .. Hari pertama yang melelahkan, karena saya hanya bisa mematung, melihat suster-suster itu dengan cekatan melakukan pekerjaannya, dan dengan sabar mengajari saya ini itu .

Pada hari ketiga, akhirnya saya merasa bumi mulai berputar dengan normal. Saya mulai bisa mendengar systole dan diastole dengan alat pengukur tensi, saya mulai mengenal nama-nama pasien dan bagaimana karakter mereka, saya tahu siapa saja yang harus saya mandikan, saya tahu bagaimana cara memandikan pasien yang susah sekali dimobilisasikan, saya tahu dimana saya bisa mengambil perban, plaster,kapas, suntikan, saya tidak lagi hanya mematung saja.

Apa yang saya kerjakan setiap harinya tidak terlalu bervariasi. Saya datang jam 5.35 pagi, menuju ke tempat ganti, mengenakan seragam serba putih yang juga dikenakan para suster, melepas sepatu dan mengenakan alas kaki yang hanya saya pakai di rumahsakit itu, lalu memulai rutinitas dengan membangunkan pasien, mengukur tensi, puls, dan temperaturnya, memandikan, mengganti sprei, sarung bantal dan selimut, mengisikan data ke akte pasien, menyiapkan sarapan, membantu memberi makan ke pasien yang tidak lagi bisa makan sendiri, pergi ke setiap bel yang dibunyikan oleh pasien saat mereka butuh sesuatu, ada yang harus ke toilet dan tidak bisa berjalan sendiri, ada yang infus nya sudah habis dan harus dicopot atau diganti, ada yang sekedar memencet bel karena ingin bertanya itu hari apa, ada yang hanya ingin ditemani karena takut akan meninggal mendadak, ada yang mengeluh karena dia belum sarapan padahal piringnya baru saya beresi lima menit sebelumnya, ada yang minta dibelikan koran, ... dan lain lain.

Kalau saya ditanya, apakah menyenangkan waktu tiga bulan itu. Jawabannya adalah ya dan tidak. Tidak menyenangkan. Karena saya seperti pekerja suka rela, yang tidak digaji satu sen pun, padahal saya setiap harinya menghabiskan waktu selama kurang lebih 8 sampai 9 jam di rumahsakit (sangat tidak adil bila dibandingkan mahasiswa jurusan lain, yang hampir selalu mendapatkan gaji yang oke di setiap praktikum nya). Tidak menyenangkan. Saya sering merasa takut dan ekstra hati-hati saat harus berhubungan dengan pasien-pasien yang mengidap AIDS atau Hepatitis C. Tidak menyenangkan. Kadang-kadang kelakukan beberapa pasien benar-benar menuntut dan membuat saya sangat jengkel.
Menyenangkan, karena .. saya begitu belajar banyak hal. Bukan hanya yang berhubungan dengan kedokteran saja. Saya belajar untuk menjadi sabar, saya belajar untuk selalu tersenyum secape apa pun saya saat itu ( ngga mungkin kan kita ngobrol sama pasien yang sakit keras, dan kita nya bersungut2 ), saya jadi bisa mengerti perasaan gembira melihat seorang pasien yang akhirnya bisa keluar dari rumah sakit dan berjalan tegap kembali setelah berhari-hari hanya tertidur lemas di ranjang, saya belajar melepaskan seseorang saat beberapa pasien akhirnya harus pergi untuk selamanya, saya belajar menahan rasa sakit saat seorang pasien menekankan kuku-kuku jarinya ke tangan saya, saya belajar berkomunikasi verbal dan nonverbal- bagaimana cara terbaik menyemangati pasien pasien itu untuk tetap menginginkan hidup !

'Adik kecil' saya cuma mengatakan 'hoooo' panjang mendengar semuanya itu. Lalu dia bertanya lagi ' gua bisa kah ngelakuin semua nya itu ? kayaknya berat. dan gw ga sabaran. ' Saya cuma tersenyum dan meyakinkan, semua orang pasti bisa melewati masa 3 bulan praktikum itu. Masalahnya adalah, pandangan orang terhadap praktikum itu tidak semuanya sama. Ada beberapa teman yang hanya mengerjakan praktikum itu 1 bulan saja, dan membikin surat palsu untuk 2 bulan lainnya. Mereka beranggapan praktikum itu membuang waktu dan tidak berguna. Lagipula yang dilakukan hanya pekerjaan suster, sedangkan cita-cita kita adalah Dokter bukan suster. Saya pribadi melihat praktikum itu sebagai sesuatu yang istimewa. Suatu pengalaman hidup yang tidak akan saya lupakan, lengkap dengan enak dan tidak enaknya. Mungkin kedepannya, saya makin akan sering berhubungan dengan pasien-pasien atau orang-orang sakit. Tapi bagi saya, pasien-pasien yang saya kenal saat saya praktikum itu adalah orang-orang spesial yang sudah berbagi banyak hal dengan saya, yang secara langsung sudah ikut mendidik saya, menjadi saya yang sekarang ini.


#Herr M**k ( RIP ), sangat menyenangkan bisa menggenggam tangan Anda berjam-jam, tepat sehari sebelum Anda pergi .. Saya masih tidak lupa minuman kesukaan Anda adalah orange juice dan air soda. Terimakasih juga untuk undangan makan kue nya. Sayangnya Anda lebih cepat dibutuhkanNya untuk kembali ke sisiNya. But it's ok ! :)

Dienstag, 28. Juli 2009

the search of the key

Kemarin malam, sekitar jam 21 nya München, saya tiba-tiba panik sendirian di dalam subway. Membuka semua kantung di tas ransel saya. Mengeluarkan semua isinya, lalu saya masukkan lagi. Keluarkan lagi, periksa semua kantungnya, masukkan lagi, keluarkan lagi ... Sampai akhirnya pikiran saya sampai pada titik, " oke, kunci kamu kali ini ilang beneran ". Saya mencoba untuk tenang, mencoba mengingat-ingat, apa saja yang saya lakukan hari ini, setelah mengunci pintu kamar saya. Saya bahkan tidak berhasil mengingat, apakah saya sudah mengunci pintu kamar saya. Lalu saya pikir lagi, mungkin kamar saya memang belum terkunci, atau mungkin sudah saya kunci, tapi kuncinya saya biarkan menggantung di pintu, atau mungkin kamarnya sudah terkunci dan kunci nya sudah saya cabut tapi ketinggalan di kotak pos, atau mungkin kunci... Berbagai - hipotese atau mungkin - dengan cepat langsung beranak pinak di kepala saya. Saya hanya ingin cepat sampai, saya hanya ingin melanjutkan mencari, di mana kunci saya .

Akhirnya subway ( yang kerasanya) paling lamban yang pernah saya naiki itu sampai jumpa ke halte di mana saya harus turun. Keluar dari stasiun subway, saya langsung menelpon teman saya yang tinggal satu apartemen dengan saya. Saya butuh dia untuk membukakan pintu apartemen untuk saya. Lalu dengan dia - yang tampangnya jadi ikut-ikutan panik, kami naik ke atas, ke kamar saya. Pintu kamar saya bukan cuma tertutup, tapi terkunci ! Dan kuncinya tidak menggantung di pintu. Jadi di mana kunci saya ?
Saya lalu memutar otak saya, menempatkan ingatan saya kembali ke sekitar 12 jam sebelumnya. Saya keluar dari kamar, lalu blank tidak ingat apa yang saya perbuat, lalu saya menyebrang jalan menuju kios untuk beli tiket , lalu saya naik subway ke perpustakaan , dan setelah dari perpustakaan saya langsung pulang lagi. Saya memperhitungkan kemungkinan di mana kunci saya hilang adalah terjatuh di jalan yang saya lalui, antara apartemen ke kios ; atau tergeletak di meja kios itu sendiri, saat saya sedang sibuk membayar, menghitung uang kembalian, dan memasukkan tiket ke dalam dompet saya; atau terjatuh di subway, entah bagaimana caranya.

Saya menyuruh teman saya kembali ke kamarnya dulu, dan saya kembali ke jalan yang 12 jam sebelumnya saya lewati. Tidak ada. Saya kembali ke kios dimana saya membeli tiket, tapi seperti yang saya duga, kios itu tentu sudah gelap dan tutup. Akhirnya saya putuskan untuk mengganggu si bapak Supervisor apartemen saya ( rumahnya ada di dekat apartemen saya ). Dia menunjukkan tampang kesal saat membukakan pintu untuk saya. Saya meminta maaf, saya bilang saya terpaksa harus mengganggu dia, karena kunci saya hilang, dan saya tidak bisa masuk ke kamar saya. Dia bilang dia tidak bisa dan tidak boleh membuka kamar begitu saja, meskipun sebenarnya dia punya kunci universal nya ! Saya jawab lagi dengan permintaan maaf berkali-kali, saya bilang saya mohon sekali bantuannya. Kalau dia sudah membukakan pintu kamar saya, saya bisa membuktikan, kalau memang saya lah yang punya kamar itu, saya bisa tunjukkan padanya kunci cadangan saya yang saya simpan di laci meja saya, saya bisa tunjukkan paspor dan surat bukti kontrak kamar saya.. saya punya semua buktinya !! Yang saya butuhkan cuma kunci, untuk masuk ke kamar itu, untuk bisa membuktikan semuanya. Akhirnya dia mengalah, dia masuk lagi ke dalam rumah, berganti baju, dan mengambil kunci universalnya. Singkatnya, berhasil lah kamar saya dibuka, dan saya tidak semalaman tidur di emperan.

Tadi pagi jam 7 saya bangun, mandi, dan langsung keluar menuju kios tiket itu. Ternyata masih tutup ( poor me, mana hujan deres banget ) . Saya tunggu saja disitu, sampai si Ibu yang punya kios akhirnya datang juga. Saya membiarkannya dulu membuka kios nya, lalu dia masuk, menaruh tas dan lain lain, sampai sepertinya dia sadar kalau saya mengamatinya, hehe.. Lalu dia bilang, " ada perlu sesuatu ? " . Saya berjalan mendekat, dan bertanya dengan nada yang esktra saya bikin sesopan dan selembut mungkin, apakah dia secara kebetulan melihat kunci yang jatuh di sekitar situ. Dia tidak menjawab, bahkan tidak menunggu saya menyelesaikan kalimat saya, tapi dengan cepat membuka lemari dan mengambil sesuatu dari lemari nya itu ..... tentu saja yang diambil adalah KUNCI saya !!

Hah.. lega rasanya. Sangat sangat lega. Apalagi mengingat yang hilang itu bukan hanya kunci kamar saya saja. Tapi satu kumpulan kunci2 yang terdiri dari kunci kamar saya ( yg sekaligus kunci pintu masuk gedung apartemen, kunci tempat parkir sepeda, kunci dapur, kunci lemari dapur, dan kunci ruang tempat sampah ) , kunci kotak pos saya, kunci sepeda saya, dan kunci kamar seorang teman saya ! Plus plus plus, ada gantungan kunci dari mama saya yang saya anggap spesial.

Pelajaran dari semuanya ini adalah. Saya harus lebih teliti , berhati-hati, dan mengurangi porsi pikiran kosong dalam kesehari-harian saya. Saya akan selalu memasukkan kunci ke tas, langsung setelah saya mengunci pintu kamar saya, bukan menggembolnya dulu di tangan, dan setelah duduk di subway baru memasukkannya ke dalam tas. Saya akan lebih tenang dan tidak tergesa-gesa saat saya membeli sesuatu.
Memang, dari suatu kehilangan.. kita bisa belajar.

PS : bapak supervisor itu sudah saya hadiahi sekotak coklat Mercy tadi pagi. Saya bilang ini untuk ucapan terimakasih sekaligus permohonan maaf sudah mengganggu istirahat Anda tadi malam. Dia bilang "semustinya itu tidak perlu, kan Anda juga terpaksa melakukannya" ~~' . Kok beda ya, sama kemaren waktu saya belum bawa coklat ..

Sonntag, 26. Juli 2009

love hurts !

sebuah tulisan yang ditemani dengan gelas ketiga dari sebuah minuman yang berwarna kecoklatan dengan berkadar alkohol tidak terlalu rendah ( meskipun juga tidak terlalu tinggi ). saya mulai menyadari cerebellum saya tidak lagi bisa memegang kendali pada semua fungsi motorik saya. Kortikospinalis saya tidak sepenuhnya lagi mengirimkan sinyal sinyal yang benar ke jari-jari saya ( saya harus berkali-kali membenahi susunan huruf-huruf ini, untuk mendapatkan kata yang benar ).
saat ini saya hanya ingin menenggelamkan diri, pada suatu apapun, terserah apa itu, tak peduli warna bentuk atau konsisten nya, saya hanya ingin melarikan diri ke sesuatu yang bukan kamu.
beberapa puluh soal fisika sudah saya kerjakan, tapi kamu tetap melebur di dalamnya. debu-debu di karpet dan jendela kamar sudah saya singkirkan rapih dengan vacuum cleaner andalan saya, tapi kamu merubah wujudmu menjadi debu-debu kecil yang hampir tak terlihat itu. kamu ada dimana - mana. juga di setiap lagu, yang saya setel keras-keras untuk menghilangkan fokus saya dari kamu ! TIDAK BERHASIL ! saya justru semakin terperangkap ke dalam mu, masuk menjadi satu dengan mu dan semua perubahan wujud mu.

setan alas !! seharusnya saya tahu, saya tidak boleh terlalu dekat dengan mu. seharusnya saya tahu, hubungan saya dan kamu tidak akan kemana-mana. mata kamu tidak sesipit mata saya. kamu mempunyai mata yang lebar , lengkap dengan kelopakmata yang indah. kulit mu lebih gelap dari saya. saya mempunyai warna kulit yang lebih terang dari mu. saya mengucap doa doa yang tidak kamu kenal. kamu punya tatacara mu sendiri untuk bersujud di hadapan Nya.
seharusnya saya sadar, tidak akan ada seorang pun yang mengijinkan saya menaruh rasa padamu. tidak akan ada seorang pun yang akan menghujani saya dengan ibu jari dan mengatakan saya hebat. seharusnya saya sadar, yang akan saya dapat adalah hanya cercaan. seharusnya saya sadar, seberapa besarnya saya mencintai mu, cinta itu tidak akan pernah cukup menghancurkan dindingnya !

saya sedang menuangkan isi botol minuman itu lagi ke gelas saya. saya harap dia akan segera menyerang lobus vestibulocerebellum di otak kecil saya. dan kalau hal itu terjadi, kalau akhirnya dia mengirim sinyal ke area postrema saya, dan area postrema saya siap menstimulasi tractus solitarii saya, saya bisa memuntahkan semua isi lambung saya, saya harap saya juga bisa memuntahkan semua isi kepala dan hati saya. saya ingin kamu keluar !! saya mau peredaran darah saya bersih dari kamu. biar saya tidak berdegup lagi saat harus mendengar suara mu. biar tidak ada lagi kupukupu di perut saya berterbangan saat saya harus menatap mata mu. biar saya tidak lagi lapar dan haus akan mu, saat kamu tidak ada.

saya tahu, ini permohonan yang terlambat. tapi sumpah ! saya tidak ingin jatuh cint* padamu !! tidak sekarang, nanti atau kapan pun.

get out of my mind !!!! you drive me crazy !!!!

Samstag, 25. Juli 2009

Sorry, I lov* You


i am sorry
for what i can give you is nothing
but ache and sorrow
i am sorry
cause what i really want is your happiness
but my love is just the biggest burden to you
i am sorry
the more i want to forget you
the deeper i am falling in to you.
sorry, for loving you
is just all i can say.