Freitag, 31. Juli 2009

krankenpflegepraktikum (KPP)


Perbincangan dengan seorang teman via telpon barusan, membuat saya melayangkan pikiran ke dua setengah tahun yang lalu. Teman saya, yang saya anggap sebagai 'adik kecil' yang masih sangat polos itu bertanya tentang Krankenpflegepraktikum kepada saya.

Krankenpflegepraktikum, yang kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia, kira-kira artinya : Praktikum Merawat Orang Sakit. Praktikum itu wajib dilakukan oleh mahasiswa kedokteran di Jerman, selama 3 bulan ( paling sedikit 3 x 30 hari, MUTLAK !! ). Kita tidak harus menyelesaikannya dalam 1 periode langsung 90 hari. Kita bisa memisah-misahnya, misalnya di liburan musim panas ini 1 bulan, lalu liburan semester depan 1 bulan lagi, dan selanjutnya 1 bulan lagi.. Paling sedikit harus 1 bulan, kita tidak boleh magang di rumahsakit , untuk melakukan praktikum selama 2 minggu atau 3 minggu saja. Kalau kita mau, dan niat, bisa saja kita langsung menyelesaikan 2 bulan, atau bahkan 3 bulan itu sekaligus.

'Adik kecil' saya yang masih polos itu, tadi menyuruh saya bercerita, apa saja persiapan saya dulu sebelum melakukan praktikum itu, dan bagaimana cara mendapatkan tempat praktikum di rumahsakit, juga apa saja yang harus saya lakukan selama masa praktikum itu. Saya bilang ke dia, supaya dia ambil posisi duduk yang nyaman, dan pakai headset saja sebaiknya, karena cerita saya akan sangat panjang - LOL - .

Sekitar dua setengah tahun yang lalu, setelah saya menyelesaikan college, saya harus menunggu 1 semester sampai saya masuk ke Universitas. Saya memanfaatkan waktu 1 semester itu untuk bekerja selama kurang lebih full 1,5 bulan dan praktikum langsung 3 bulan ( sisa waktu liburnya ya untuk bersenang2.. hehe ). Sebelum praktikum, selain menelpon ke beberapa rumahsakit untuk bertanya apa mereka bersedia menampung saya sebagai praktikan, saya mempersiapkan diri saya dengan melengkapi tubuh saya dengan beberapa imunisasi. Vaksin Hepatitis A , Vaksin Hepatitis B. ( Vaksin Hep. A dan B ini memang sudah pernah saya dapatkan waktu saya masih kecil, tapi bukan untuk seumur hidup ! Vaksin ini harus diperbarui lagi, apabila antibodi kita untuk virus Hep. A atau B sudah mulai berkurang. )

Setelah menghubungi beberapa rumah sakit, akhirnya ada yang bersedia menerima saya sebagai praktikan. Akhirnya hari praktikum pertama pun tiba. Saya datang dengan perasaan takut dan gugup. Saat itu saya belum menjadi mahasiswa kedokteran. Pengetahuan saya tentang dunia kedokteran bisa dibilang masih enol besar. Apalagi pengetahuan tentang sistem dan cara kerja rumahsakit di Jerman.. sangat enol besar.
Seperti yang saya bayangkan, hari pertama saya bukanlah hari yang menyenangkan. Saya merasa saya lah orang tolol sedunia, yang tidak berguna apa-apa. Saya tidak bisa menggunakan alat pengukur tensi, saya tidak mengenal tombol-tombol di ranjang pasien, saya tidak tahu di mana perban di mana kapas, saya tidak bisa ini .. saya tidak kenal itu .. saya tidak tahu ini .. saya belum pernah dengar itu .. Hari pertama yang melelahkan, karena saya hanya bisa mematung, melihat suster-suster itu dengan cekatan melakukan pekerjaannya, dan dengan sabar mengajari saya ini itu .

Pada hari ketiga, akhirnya saya merasa bumi mulai berputar dengan normal. Saya mulai bisa mendengar systole dan diastole dengan alat pengukur tensi, saya mulai mengenal nama-nama pasien dan bagaimana karakter mereka, saya tahu siapa saja yang harus saya mandikan, saya tahu bagaimana cara memandikan pasien yang susah sekali dimobilisasikan, saya tahu dimana saya bisa mengambil perban, plaster,kapas, suntikan, saya tidak lagi hanya mematung saja.

Apa yang saya kerjakan setiap harinya tidak terlalu bervariasi. Saya datang jam 5.35 pagi, menuju ke tempat ganti, mengenakan seragam serba putih yang juga dikenakan para suster, melepas sepatu dan mengenakan alas kaki yang hanya saya pakai di rumahsakit itu, lalu memulai rutinitas dengan membangunkan pasien, mengukur tensi, puls, dan temperaturnya, memandikan, mengganti sprei, sarung bantal dan selimut, mengisikan data ke akte pasien, menyiapkan sarapan, membantu memberi makan ke pasien yang tidak lagi bisa makan sendiri, pergi ke setiap bel yang dibunyikan oleh pasien saat mereka butuh sesuatu, ada yang harus ke toilet dan tidak bisa berjalan sendiri, ada yang infus nya sudah habis dan harus dicopot atau diganti, ada yang sekedar memencet bel karena ingin bertanya itu hari apa, ada yang hanya ingin ditemani karena takut akan meninggal mendadak, ada yang mengeluh karena dia belum sarapan padahal piringnya baru saya beresi lima menit sebelumnya, ada yang minta dibelikan koran, ... dan lain lain.

Kalau saya ditanya, apakah menyenangkan waktu tiga bulan itu. Jawabannya adalah ya dan tidak. Tidak menyenangkan. Karena saya seperti pekerja suka rela, yang tidak digaji satu sen pun, padahal saya setiap harinya menghabiskan waktu selama kurang lebih 8 sampai 9 jam di rumahsakit (sangat tidak adil bila dibandingkan mahasiswa jurusan lain, yang hampir selalu mendapatkan gaji yang oke di setiap praktikum nya). Tidak menyenangkan. Saya sering merasa takut dan ekstra hati-hati saat harus berhubungan dengan pasien-pasien yang mengidap AIDS atau Hepatitis C. Tidak menyenangkan. Kadang-kadang kelakukan beberapa pasien benar-benar menuntut dan membuat saya sangat jengkel.
Menyenangkan, karena .. saya begitu belajar banyak hal. Bukan hanya yang berhubungan dengan kedokteran saja. Saya belajar untuk menjadi sabar, saya belajar untuk selalu tersenyum secape apa pun saya saat itu ( ngga mungkin kan kita ngobrol sama pasien yang sakit keras, dan kita nya bersungut2 ), saya jadi bisa mengerti perasaan gembira melihat seorang pasien yang akhirnya bisa keluar dari rumah sakit dan berjalan tegap kembali setelah berhari-hari hanya tertidur lemas di ranjang, saya belajar melepaskan seseorang saat beberapa pasien akhirnya harus pergi untuk selamanya, saya belajar menahan rasa sakit saat seorang pasien menekankan kuku-kuku jarinya ke tangan saya, saya belajar berkomunikasi verbal dan nonverbal- bagaimana cara terbaik menyemangati pasien pasien itu untuk tetap menginginkan hidup !

'Adik kecil' saya cuma mengatakan 'hoooo' panjang mendengar semuanya itu. Lalu dia bertanya lagi ' gua bisa kah ngelakuin semua nya itu ? kayaknya berat. dan gw ga sabaran. ' Saya cuma tersenyum dan meyakinkan, semua orang pasti bisa melewati masa 3 bulan praktikum itu. Masalahnya adalah, pandangan orang terhadap praktikum itu tidak semuanya sama. Ada beberapa teman yang hanya mengerjakan praktikum itu 1 bulan saja, dan membikin surat palsu untuk 2 bulan lainnya. Mereka beranggapan praktikum itu membuang waktu dan tidak berguna. Lagipula yang dilakukan hanya pekerjaan suster, sedangkan cita-cita kita adalah Dokter bukan suster. Saya pribadi melihat praktikum itu sebagai sesuatu yang istimewa. Suatu pengalaman hidup yang tidak akan saya lupakan, lengkap dengan enak dan tidak enaknya. Mungkin kedepannya, saya makin akan sering berhubungan dengan pasien-pasien atau orang-orang sakit. Tapi bagi saya, pasien-pasien yang saya kenal saat saya praktikum itu adalah orang-orang spesial yang sudah berbagi banyak hal dengan saya, yang secara langsung sudah ikut mendidik saya, menjadi saya yang sekarang ini.


#Herr M**k ( RIP ), sangat menyenangkan bisa menggenggam tangan Anda berjam-jam, tepat sehari sebelum Anda pergi .. Saya masih tidak lupa minuman kesukaan Anda adalah orange juice dan air soda. Terimakasih juga untuk undangan makan kue nya. Sayangnya Anda lebih cepat dibutuhkanNya untuk kembali ke sisiNya. But it's ok ! :)

Dienstag, 28. Juli 2009

the search of the key

Kemarin malam, sekitar jam 21 nya München, saya tiba-tiba panik sendirian di dalam subway. Membuka semua kantung di tas ransel saya. Mengeluarkan semua isinya, lalu saya masukkan lagi. Keluarkan lagi, periksa semua kantungnya, masukkan lagi, keluarkan lagi ... Sampai akhirnya pikiran saya sampai pada titik, " oke, kunci kamu kali ini ilang beneran ". Saya mencoba untuk tenang, mencoba mengingat-ingat, apa saja yang saya lakukan hari ini, setelah mengunci pintu kamar saya. Saya bahkan tidak berhasil mengingat, apakah saya sudah mengunci pintu kamar saya. Lalu saya pikir lagi, mungkin kamar saya memang belum terkunci, atau mungkin sudah saya kunci, tapi kuncinya saya biarkan menggantung di pintu, atau mungkin kamarnya sudah terkunci dan kunci nya sudah saya cabut tapi ketinggalan di kotak pos, atau mungkin kunci... Berbagai - hipotese atau mungkin - dengan cepat langsung beranak pinak di kepala saya. Saya hanya ingin cepat sampai, saya hanya ingin melanjutkan mencari, di mana kunci saya .

Akhirnya subway ( yang kerasanya) paling lamban yang pernah saya naiki itu sampai jumpa ke halte di mana saya harus turun. Keluar dari stasiun subway, saya langsung menelpon teman saya yang tinggal satu apartemen dengan saya. Saya butuh dia untuk membukakan pintu apartemen untuk saya. Lalu dengan dia - yang tampangnya jadi ikut-ikutan panik, kami naik ke atas, ke kamar saya. Pintu kamar saya bukan cuma tertutup, tapi terkunci ! Dan kuncinya tidak menggantung di pintu. Jadi di mana kunci saya ?
Saya lalu memutar otak saya, menempatkan ingatan saya kembali ke sekitar 12 jam sebelumnya. Saya keluar dari kamar, lalu blank tidak ingat apa yang saya perbuat, lalu saya menyebrang jalan menuju kios untuk beli tiket , lalu saya naik subway ke perpustakaan , dan setelah dari perpustakaan saya langsung pulang lagi. Saya memperhitungkan kemungkinan di mana kunci saya hilang adalah terjatuh di jalan yang saya lalui, antara apartemen ke kios ; atau tergeletak di meja kios itu sendiri, saat saya sedang sibuk membayar, menghitung uang kembalian, dan memasukkan tiket ke dalam dompet saya; atau terjatuh di subway, entah bagaimana caranya.

Saya menyuruh teman saya kembali ke kamarnya dulu, dan saya kembali ke jalan yang 12 jam sebelumnya saya lewati. Tidak ada. Saya kembali ke kios dimana saya membeli tiket, tapi seperti yang saya duga, kios itu tentu sudah gelap dan tutup. Akhirnya saya putuskan untuk mengganggu si bapak Supervisor apartemen saya ( rumahnya ada di dekat apartemen saya ). Dia menunjukkan tampang kesal saat membukakan pintu untuk saya. Saya meminta maaf, saya bilang saya terpaksa harus mengganggu dia, karena kunci saya hilang, dan saya tidak bisa masuk ke kamar saya. Dia bilang dia tidak bisa dan tidak boleh membuka kamar begitu saja, meskipun sebenarnya dia punya kunci universal nya ! Saya jawab lagi dengan permintaan maaf berkali-kali, saya bilang saya mohon sekali bantuannya. Kalau dia sudah membukakan pintu kamar saya, saya bisa membuktikan, kalau memang saya lah yang punya kamar itu, saya bisa tunjukkan padanya kunci cadangan saya yang saya simpan di laci meja saya, saya bisa tunjukkan paspor dan surat bukti kontrak kamar saya.. saya punya semua buktinya !! Yang saya butuhkan cuma kunci, untuk masuk ke kamar itu, untuk bisa membuktikan semuanya. Akhirnya dia mengalah, dia masuk lagi ke dalam rumah, berganti baju, dan mengambil kunci universalnya. Singkatnya, berhasil lah kamar saya dibuka, dan saya tidak semalaman tidur di emperan.

Tadi pagi jam 7 saya bangun, mandi, dan langsung keluar menuju kios tiket itu. Ternyata masih tutup ( poor me, mana hujan deres banget ) . Saya tunggu saja disitu, sampai si Ibu yang punya kios akhirnya datang juga. Saya membiarkannya dulu membuka kios nya, lalu dia masuk, menaruh tas dan lain lain, sampai sepertinya dia sadar kalau saya mengamatinya, hehe.. Lalu dia bilang, " ada perlu sesuatu ? " . Saya berjalan mendekat, dan bertanya dengan nada yang esktra saya bikin sesopan dan selembut mungkin, apakah dia secara kebetulan melihat kunci yang jatuh di sekitar situ. Dia tidak menjawab, bahkan tidak menunggu saya menyelesaikan kalimat saya, tapi dengan cepat membuka lemari dan mengambil sesuatu dari lemari nya itu ..... tentu saja yang diambil adalah KUNCI saya !!

Hah.. lega rasanya. Sangat sangat lega. Apalagi mengingat yang hilang itu bukan hanya kunci kamar saya saja. Tapi satu kumpulan kunci2 yang terdiri dari kunci kamar saya ( yg sekaligus kunci pintu masuk gedung apartemen, kunci tempat parkir sepeda, kunci dapur, kunci lemari dapur, dan kunci ruang tempat sampah ) , kunci kotak pos saya, kunci sepeda saya, dan kunci kamar seorang teman saya ! Plus plus plus, ada gantungan kunci dari mama saya yang saya anggap spesial.

Pelajaran dari semuanya ini adalah. Saya harus lebih teliti , berhati-hati, dan mengurangi porsi pikiran kosong dalam kesehari-harian saya. Saya akan selalu memasukkan kunci ke tas, langsung setelah saya mengunci pintu kamar saya, bukan menggembolnya dulu di tangan, dan setelah duduk di subway baru memasukkannya ke dalam tas. Saya akan lebih tenang dan tidak tergesa-gesa saat saya membeli sesuatu.
Memang, dari suatu kehilangan.. kita bisa belajar.

PS : bapak supervisor itu sudah saya hadiahi sekotak coklat Mercy tadi pagi. Saya bilang ini untuk ucapan terimakasih sekaligus permohonan maaf sudah mengganggu istirahat Anda tadi malam. Dia bilang "semustinya itu tidak perlu, kan Anda juga terpaksa melakukannya" ~~' . Kok beda ya, sama kemaren waktu saya belum bawa coklat ..

Sonntag, 26. Juli 2009

love hurts !

sebuah tulisan yang ditemani dengan gelas ketiga dari sebuah minuman yang berwarna kecoklatan dengan berkadar alkohol tidak terlalu rendah ( meskipun juga tidak terlalu tinggi ). saya mulai menyadari cerebellum saya tidak lagi bisa memegang kendali pada semua fungsi motorik saya. Kortikospinalis saya tidak sepenuhnya lagi mengirimkan sinyal sinyal yang benar ke jari-jari saya ( saya harus berkali-kali membenahi susunan huruf-huruf ini, untuk mendapatkan kata yang benar ).
saat ini saya hanya ingin menenggelamkan diri, pada suatu apapun, terserah apa itu, tak peduli warna bentuk atau konsisten nya, saya hanya ingin melarikan diri ke sesuatu yang bukan kamu.
beberapa puluh soal fisika sudah saya kerjakan, tapi kamu tetap melebur di dalamnya. debu-debu di karpet dan jendela kamar sudah saya singkirkan rapih dengan vacuum cleaner andalan saya, tapi kamu merubah wujudmu menjadi debu-debu kecil yang hampir tak terlihat itu. kamu ada dimana - mana. juga di setiap lagu, yang saya setel keras-keras untuk menghilangkan fokus saya dari kamu ! TIDAK BERHASIL ! saya justru semakin terperangkap ke dalam mu, masuk menjadi satu dengan mu dan semua perubahan wujud mu.

setan alas !! seharusnya saya tahu, saya tidak boleh terlalu dekat dengan mu. seharusnya saya tahu, hubungan saya dan kamu tidak akan kemana-mana. mata kamu tidak sesipit mata saya. kamu mempunyai mata yang lebar , lengkap dengan kelopakmata yang indah. kulit mu lebih gelap dari saya. saya mempunyai warna kulit yang lebih terang dari mu. saya mengucap doa doa yang tidak kamu kenal. kamu punya tatacara mu sendiri untuk bersujud di hadapan Nya.
seharusnya saya sadar, tidak akan ada seorang pun yang mengijinkan saya menaruh rasa padamu. tidak akan ada seorang pun yang akan menghujani saya dengan ibu jari dan mengatakan saya hebat. seharusnya saya sadar, yang akan saya dapat adalah hanya cercaan. seharusnya saya sadar, seberapa besarnya saya mencintai mu, cinta itu tidak akan pernah cukup menghancurkan dindingnya !

saya sedang menuangkan isi botol minuman itu lagi ke gelas saya. saya harap dia akan segera menyerang lobus vestibulocerebellum di otak kecil saya. dan kalau hal itu terjadi, kalau akhirnya dia mengirim sinyal ke area postrema saya, dan area postrema saya siap menstimulasi tractus solitarii saya, saya bisa memuntahkan semua isi lambung saya, saya harap saya juga bisa memuntahkan semua isi kepala dan hati saya. saya ingin kamu keluar !! saya mau peredaran darah saya bersih dari kamu. biar saya tidak berdegup lagi saat harus mendengar suara mu. biar tidak ada lagi kupukupu di perut saya berterbangan saat saya harus menatap mata mu. biar saya tidak lagi lapar dan haus akan mu, saat kamu tidak ada.

saya tahu, ini permohonan yang terlambat. tapi sumpah ! saya tidak ingin jatuh cint* padamu !! tidak sekarang, nanti atau kapan pun.

get out of my mind !!!! you drive me crazy !!!!

Samstag, 25. Juli 2009

Sorry, I lov* You


i am sorry
for what i can give you is nothing
but ache and sorrow
i am sorry
cause what i really want is your happiness
but my love is just the biggest burden to you
i am sorry
the more i want to forget you
the deeper i am falling in to you.
sorry, for loving you
is just all i can say.

Freitag, 24. Juli 2009

saying goodbye is never easy

Dua hari yang lalu saya menuntaskan bagian pertama ujian negara saya. ya, itu baru bagian pertama, bagian kedua nya ada sekitar tiga minggu ke depan. Begitu keluar dari ruang ujian, dan mendapatkan kata-kata 'selamat, Anda lulus' dari para penguji, berhamburanlah di kepala saya, hal-hal menyenangkan yang akan saya lakukan setibanya di rumah. Saya membayangkan menelpon kedua orang tua saya dan mengabarkan saya lulus ujian babak pertama ini, saya membayangkan mereka akan tertawa dengan riang. Saya membayangkan akhirnya saya bisa surfing-surfing di internet sambil mendengarkan musik keras-keras. Saya juga membayangkan akhirnya saya bisa bertelpon atau berchatting ria dengan 'dia' , yang selama persiapan ujian kemarin sering tidak saya acuhkan.

Sebut saja namanya 'Shika'. Dia tidak tinggal di kota yang sama dengan saya. Tapi mungkin karena punya nasib yang sama, sama sama orang indo yang lagi menambah ilmu di jerman, sama sama jauh dari papa mama dan keluarga, sama sama membutuhkan tempat untuk curhat dan sekedar ngobrol omongkosong , saya dan Shika jadi sering ngobrol lewat messenger 'chatting'. Chatting itu seperti menjadi rutinitas buat kita berdua. Disadari atau tidak, Shika menjadi suatu bagian yang 'penting' dalam keseharian saya. Saya merasa masih ada yang kurang lengkap kalau saya tidak melihatnya online. Saya merasa ada yang tidak sama di hari saya, kalau saya belum menegursapa nya lewat messenger. Shika mempunyai porsi yang bahkan mungkin lebih penting, dari teman-teman saya yang sekota dengan saya dan yang bisa saya lihat setiap hari. Saya bisa bercerita banyak hal , dan dia mendengarkan.

Suatu hal yang masih belum bisa saya mengerti dari Shika adalah, saat dia tiba-tiba menarik diri, dan berubah sikap 180 derajat. Saya tidak pernah tahu apa sebabnya. Tiba-tiba dia diam, dia tidak peduli dengan semua apa yang saya ceritakan, dan kadang bahkan dia menghilang. Saya pernah bertanya dan memintanya terusterang, kalau saya melakukan kesalahan, tolong marahi saya, tolong konfrontasi saya, tapi jangan diamkan saya, dan jangan diam-diam menghilang dari hidup saya. Shika bilang, itu lah dia apa adanya. Bukan saya yang salah, tapi memang seperti itulah dia. Dengan kalimat seperti itu, semuanya seperti tanda bagi saya, bahwa Shika masih melarang saya masuk ke sebagian hidup dia. Ada batas-batas dimana saya harus tahu, kapan saya harus berhenti untuk tidak mencoba mencampuri hidupnya. Saya mencoba mengerti, saya mencoba memahami, karena saya menganggapnya penting, saya ingin Shika tetap menjadi teman saya.. saya ingin dia tetap ada di hari-hari saya. Sifatnya akan kembali berubah menjadi biasa, setelah beberapa hari. Dia akan kembali menjadi Shika yang normal, dan Shika yang hiperaktiv. Lalu suatu saat dia kembali lagi begitu diam, dan tidak peduli dengan apa-apa sama sekali, dan menjadi normal lagi di lain waktu. Saya tidak pernah tahu, apa ? kenapa ? kapan ? siapa ? . Saya hanya bisa bermain judi, menang - adalah saat Shika mempunyai mood yang baik , kalah- adalah saat Shika begitu menutup diri dan membiarkan saya bertanya-tanya sendiri.

Dua hari yang lalu, setibanya di rumah setelah mendapatkan pernyataan saya lulus ujian. Hal pertama yang saya lakukan adalah menelpon papa mama saya. Setelah itu, yang hanya di pikiran saya adalah Shika, cuma Shika ! Saya mau memberitahu kelulusan saya. Saya ingin berbagi berita gembira dengan dia. Saya ingin menunjukkan kepadanya bahwa dia teman yang penting dalam hidup saya. Bahwa meskipun saya dan dia sudah sangat lama tidak bertatapmuka dan hanya berhubungan lewat kabel, dia punya arti yang besar dalam hidup saya ! Dan saya menghargai itu semua ! Namun kadang hal-hal terjadi di luar angan-angan kita. Saat saya mengabarkan dan menceritakan itu semua, saya tidak mendapatkan respon yang saya bayangkan dari Shika. Dia tidak sedang dalam mood nya yang bisa ikut-ikut bergembira bersama saya. Saya bahkan tidak yakin, apa sebenarnya dia mendengarkan semua yang saya ceritakan. Tidak bisa saya pungkiri, saya sangat kecewa. Saat itu saya memutuskan untuk mengakhiri konversasi dengannya, mematikan komputer, mematikan lampu, membuka jendela lebar-lebar, lalu tidur.
Sebelum saya terlelap dalam dunia mimpi saya, saya menyadari sarung bantal saya basah ..

PS : Saya TIDAK cengeng ! saya hanya merasa diri saya terlalu menyedihkan, karena saya tahu, saya tidak akan bisa menerima Shika saat dia datang lagi.

PPS : pergi dari Shika adalah alasan ke dua, mengapa rumah baru ini didirikan.

Rumah baru

Selamat datang di blogspot untuk diri saya sendiri ;)
blog ini adalah rumah maya saya yang ke-dua, setelah saya memutuskan untuk membangunnya, dan pindah dari rumah maya saya yang pertama. Kenapa harus pindah dari rumah maya yang pertama ? Bukan karena tidak nyaman, bukan sama sekali. Rumah maya saya yang pertama bahkan sangat nyaman dan sudah dipenuhi dengan tetangga-tetangga yang sangat variatif, yang membuat saya makin betah di sana. Saya memutuskan untuk pindah, karena saya menginginkan rumah baru yang lebih bisa memberikan kebebasan menulis atau bercerita. Saya ingin mendirikan rumah baru di suatu kompleks perumahan yang orangorangnya tidak atau belum mengenal saya. Saya ingin rumah baru ini bisa menampung pikiran-pikiran saya, yang kadang tidak mungkin bisa saya eksplorasikan di dunia nyata, di mana banyak sekali margin-margin yang membatasi kebebasan seseorang dalam berpendapat.

Saya ingin saya bisa menulis apa yang ingin saya tulis, tanpa harus berpikir panjang apakah teman bicara saya akan terluka hatinya kalau saya mengatakan itu. Saya ingin saya bisa menulis apa yang ingin saya tulis, tanpa harus memikirkan dulu apakah lebih baik saya berbohong dan menyanjung teman bicara saya, tapi membuatnya senang, atau saya harus menyuarakan kritik saya lalu lagi-lagi menciptakan musuh baru.

Semoga dengan adanya rumah maya baru ini, saya lebih bisa mengenali diri saya sendiri..
So, let's start blogging on blogspot.. my new 'home'.