Montag, 31. August 2009

disiplin untuk setia


Dear Padre,

lagi-lagi ini surat dari saya. Tolong jangan enggan meneruskan membacanya, saya berjanji kali ini tidak akan ada protes atau keluhan.

Sebenarnya saya sering bertanya-tanya, buat apa menuliskan surat seperti ini, atau mengucapkan kata-kata lewat doa, apabila Kau melihat semuanya lebih jelas - apabila Kau mengetahui segala sesuatunya lebih dari yang lain. Saya percaya Kau bahkan lebih mengerti dari saya sendiri, apa yang hati saya inginkan. Tapi biarlah saja ini terjadi, karena ini adalah bentuk dari suatu komunikasi, ya.. ini yang membuat saya merasa aman dan percaya Kau selalu serta. Biarkanlah saya tetap menuliskan surat-surat kepadaMu, mengucapkan kuncup-kuncup doa kepadaMu, dan melantunkan pujian untukMu - biar saya tetap bisa merasakan dekat padaMu, biar saya tetap merasakan betapa melimpahnya kasihMu melalui doa yang didengarkan dan permohonan yang dikabulkan.

Seperti yang saya janjikan, kali ini tidak akan ada protes.. tidak ada keluhan.. . Saya hanya ingin mengucap syukur untuk kesabaranMu selama ini, dan memohonMu untuk tetap bersabar sampai nanti. Saya sadar, membutuhkan waktu yang sangat lama untuk saya menyadari bahwa beban yang terasa begitu berat saya tanggung, sebenarnya hanyalah sepertiga nya saja. Engkau yang menanggung duapertiga nya, Engkau yang selalu sudah matang-matang memperhitungkan semuanya yang bisa jadi kapasitas saya. Saya percaya, bahwa pencobaan yang mungkin Kau turunkan untuk saya, adalah pelajaran yang melatih saya untuk tumbuh menjadi lebih besar dan lebih dekat lagi di dalam Mu. Saya percaya, bahwa Kau tidak memilihkan pencobaan untuk saya yang terlalu sulit atau terlalu berat untuk saya tanggung. Kau selalu ada, Kau selalu rela menyodorkan kedua tanganMu untuk membantu saya mengangkat bebannya. Masalahnya adalah, saya seringkali tidak lagi mengingat hal itu saat saya terjebak pada situasi yang saya anggap sebagai jalan buntu. Saat saya merasa sudah berusaha semaksimal mungkin untuk berhasil, namun kegagalan lah yang saya dapatkan, saya mulai tidak setia padaMu, saya ngedumel, saya mempertanyakan keberadaan dan kebesaran hatiMu. Saat saya merasa sudah memberikan yang terbaik dari diri saya, namun balasan buruk adalah apa yang saya terima, saya mulai memalingkan diri dariMu, saya merasa dibohongi, dan meragukan cinta sejatiMu. Saat masalah demi masalah datang bergantian, saya sering melupakan bahwa saya hanya bisa menyusun rencana, namun rencana dan kehendakMu lah yang baiknya terjadi.

Inilah inti surat saya kali ini. Saya mohon tetaplah sudi bersabar menghadapi saya yang dungu tapi keras kepala ini. Mohon tetap berkahi saya kedisiplinan setia berjalan di dalamMu. Agar mata ini tak beralih dariMu satu detik pun, saat langit cerah ataupun saat badai menerpa. Mohon tetap ingatkan saya untuk tidak gentar menghadapi masalah, karena tidak ada satu masalahpun yang tidak turut Kau tanggung. Tetaplah bersabar.. , tetaplah pelihara saya.. karena hanya dengan bersandar padaMu lah, saya berani tetap melangkah seberat apapun bebannya, segelap apapun jalannya.

Terimakasih untuk sudah meluangkan waktu dan membaca sampai kalimat saya yang terakhir. Terimakasih untuk penyertaan sepanjang hari ini.

dengan segenap rasa,
hambaMu yang masih harus banyak belajar.

Mittwoch, 26. August 2009

berteman, itu memilih ?

Besok pagi saya akan menemani seorang teman pindahan ke luar kota, sekitar 600km di sebelah utara München. Dia bukan lagi seorang mahasiswi kedokteran, di kota baru itu dia akan memulai kehidupannya sebagai seorang asisten dokter.

Dalam setahun terakhir ini, bisa dibilang, dia lah teman terdekat saya di München. Bukan hanya karena faktor tempat tinggal yang dekat ( kita tinggal di apartemen yang sama, dia lantai 1, saya lantai 2 ), tapi juga faktor hati dan rasa. Ada beberapa persamaan, yang mungkin mempererat pertemanan dia dan saya. Dia pernah -merasa- ditinggalkan oleh sahabat karibnya, saya juga. Dia -merasa- sudah berusaha untuk menempatkan diri sebaik mungkin, supaya bisa tetap bertahan mendapatkan tempat di hati sahabat karibnya, saya juga. Dia -merasa- serapi mungkin sudah memoles semua buruknya, menjaga agar persahabatannya langgeng, saya juga. Dia akhirnya -merasa- bahwa semua yang dia usahakan hanya membawa nihil, dan sedikit demi sedikit mengendorkan kepercayaannya terhadap persahabatan itu lalu berusaha untuk tetap jalan melihat ke depan tanpa menoleh lagi ke belakang, saya juga.
Mungkin karena adanya kemiripan pengalaman , dia dan saya bisa jadi lebih mengerti satu sama lain. Kami sama-sama tahu, seberapa sakitnya ditinggal oleh sahabat karib. Kami sama-sama tahu, betapa kami takut untuk sekali lagi mempercayai dan menganggap seseorang itu sahabat karib.
Saya percaya tidak ada yang terjadi hanya karena kebetulan. Saya percaya, kalaupun ada suatu kebetulan itu, itupun sebenarnya sudah direncanakan. Saya percaya, dipertemukan atau didekatkannya dia dan saya sejak sekitar tahun lalu , bukanlah suatu kebetulan. Justru dari ketidaksempurnaannya dan saya, kami bisa saling melengkapi. Justru karena ada luka dan trauma yang kami simpan dalam-dalam, kami bisa saling menghargai dan menjaga untuk tidak saling melukai.

Teman / Pertemanan .. kedua kata itu selalu berhasil membuat saya merenung lama. Mengingat-ingat orang lalu lalang dalam kehidupan saya. Mampir, tinggal, pergi. Kenalan, berhubungan, bersahabat, pertengkaran, perpecahan, perpisahan. Sebagai seseorang yang tinggal jauh dari orangtua dan saudara, saya tahu benar seberapa besar arti teman. Saya bukan orang yang gampang berteman dengan siapa saja, sayangnya bukan. Saya juga bukan orang dengan hati yang besar, yang mau membuka telinga untuk siapa saja yang butuh didengarkan, sayangnya bukan. Tapi saya tahu benar, apa yang bisa saya berikan, akan saya berikan untuk teman saya - untuk sahabat saya. Suatu emosionalitas yang tinggi inilah, yang justru selalu membenturkan saya pada kenyataan, bahwa teman atau pertemanan pun tidak abadi. Sama seperti segala sesuatu lainnya, pertemanan pun sepertinya punya takaran yang bisa berubah atau bahkan menjadi habis !
Saya semakin menjadi tidak yakin, mana yang lebih baik, berjalan sendiri dan sepi, tapi tidak mengalami sakit karena ditinggal atau dikhianati, atau menjalin pertemanan dengan risiko ditinggalkan dan lagi-lagi merasa sakit dan kecewa.

Saya berharap suatu waktu nanti saya bisa menilai hal-hal dengan lebih jelas dan menemukan jawaban atas keragu-raguan saya. Saya berharap saya bisa menjadi teman yang lebih baik , yang bisa lebih memahami keinginan orang lain. Dan saya juga berharap, seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya usia, saya tidak akan lagi terluka dalam, atas gores yang mungkin ditimbulkan oleh seorang teman.

Seberapa pantaskah, persahabatan itu diperjuangkan, seandainya seorang sahabat itu, pernah pergi meninggalkanmu dan tidak lagi menganggapmu ada ? Dan apakah, seorang itu masih layak dipanggil sahabat ?

Freitag, 14. August 2009

nulis blog, ide orang lain ?

Kira-kira seminggu yang lalu, seorang teman dekat saya bercerita, dia baru saja mengirimkan e-mail ke Administrator Deviantart. Teman saya ini menemukan satu gambar, yang dipasang oleh seseorang yang mengaku gambar itu adalah hasil karyanya. Padahal gambar itu beberapa waktu sebelumnya, sudah pernah terpampang di Deviantart, dan tentu saja hasil karya orang lain.
Jujur, saat itu saya tidak terlalu mengerti, kenapa teman saya sepeduli itu. Toh itu karya orang lain, bukan karya dia. ' kamu kan tidak dirugikan secara langsung, kok sampe bela-belain kirim email ke admin segala ? ' kalimat itu otomatis keluar dari mulut saya. ' plagiat ya plagiat. mau yang ditiru karya ku atau bukan, tetep aja aku ga bisa terima orang kayak gitu. enak aja, hasil kerja orang kok diaku miliknya ! ' jawaban itu yang saya dapatkan, dari nada nya saya tahu dia benar-benar kesal dan tidak terima. Saya tidak mengiyakannya, tidak juga membantahnya. Saya masih tidak mengerti, kenapa dia bisa sekesal dan sesewot itu, padahal bukan karya dia yang dicolong orang.
Kemarin malam, saya akhirnya mengerti apa yang dirasakan teman saya itu. Saya akhirnya memahami, kenapa dia bisa sekesal dan se-tidak terima itu, meskipun bukan karya nya yang dibajak orang.

Salah satu blog yang menjadi kunjungan wajib saya akhir-akhir ini adalah blog dari seorang penulis muda Jenny Jusuf. Menurut saya tulisannya tidak muluk-muluk. Sederhana, tapi serat arti. Dan yang saya paling suka, adalah saat dia menulis tentang orang-orang dalam kehidupannya, saya bisa merasakan ketulusan dan sukacitanya saat menuliskan itu. Kemarin malam, saya melakukan rutinitas berkunjung ke rumah maya nya. Ada postingan baru di blog nya. Setelah selesai membacanya, saya kemudian membuka link dari blog yang dimaksud. Saya hampir tidak mempercayai mata saya. Tulisan Jenny Jusuf untuk Ayahnya yang saat itu berulang tahun, benar-benar di copy-paste ! ( oh well, mungkin ada satu ada dua kata yang diganti. mama jadi Ibu.. , tapi percayalah, tidak akan lebih dari lima kata yang diganti )
Sayang sekali bukti autentik nya sudah dihilangkan oleh yang bersangkutan, sehingga saya tidak bisa menunjukkan hasil pembajakan blog itu.

Saya tidak habis pikir, apa yang sebenarnya ada dalam benak si neng satu ini saat meng-copy-paste karya Jenny Jusuf ke blog nya. Seandainya dia memang sangat terkesan dengan karya Jenny Jusuf, dan ingin ikut mempublikasikan karya itu di blog nya, sebelumnya dia bisa minta ijin ke penulis aslinya, yang saya rasa akan dia dapatkan juga. Atau mungkin dia ingin terlihat hebat, bisa menghasilkan tulisan keren. Kalau memang itu tujuan dia, menarik perhatian, saya rasa dia berhasil. Dia mempunyai banyak sekali pengunjung di blog nya. Pengunjung-pengunjung setia nya itu juga selalu meninggalkan pujian-pujian tingkat tujuh untuk tulisannya. Dan dengan adanya pembajakan blog ini, meskipun dia sudah menghapus entry nya, dia jadi lebih terkenal !!

Ya, emosi saya juga meninggi saat saya tahu karya Jenny Jusuf dibajak orang. Bukan karya saya yang dicomot (emmh, sapa juga yang mau nyomot tulisan saya.. hehe ), tapi saya merasa jengkel. Karya seseorang adalah hasil buah pikir. Kalau kita menghargai seseorang, kita akan menghargai juga hasil buah pikir mereka, ide-ide mereka, karya mereka. Bukannya malah mengklaim karya itu sebagai milik kita.

Masing-masing blogger memiliki tujuan berbeda mengapa mereka menulis blog. Saya menulis hanya untuk menyenangkan diri saya sendiri. Beberapa hal lebih bisa saya interpretasikan dalam tulisan, dibanding dengan kata-kata. Beberapa hal memang tidak akan pernah bisa saya utarakan dengan kata-kata, tapi saya bisa menyusun paragraf untuk mengungkapkan semuanya itu. Di luar sana pasti ada, orang yang menulis blog dengan tujuan memperoleh banyak teman atau kenalan baru. Atau untuk menjadi lebih eksis dalam dunia maya, saat mungkin dirasa tidak ada lagi tempat yang bisa didapatkan di dunia nyata.
Menurut saya itu sah-sah saja. Toh dari perbedaan-perbedaan tujuan didirikannya sebuah blog, menjadikan dunia blog ini begitu bervariasi, dan bukan monoton itu itu saja.
Tapi, dalam kebebasan itu pun, ada limit yang harus kita perhatikan. Hargai orang lain, hargai karya orang lain !

so, through this post, I say NO to plagiarism !

Mittwoch, 12. August 2009

laterna magica


"adalah kebaikan, bahwa kita pernah dekat
akan selalu dekat"

itu adalah kata-kata yang dia tuliskan di halaman terakhir buku catatan les jerman saya. di sebelah atas tulisan itu, ada gambar dua anak perempuan sedang mengaitkan kelingking nya satu sama lain.

Saat itu saya baru saja lulus SMA, tidak langsung melanjutkan kuliah, saya mendalami bahasa Jerman dulu. Kerjaan saya setiap hari nya ( senin - jumat, 7.30 pagi sampai 13.00 ) adalah mempelajari bahasa Jerman ( yang waktu pertama kali benar-benar terdengar seperti bahasa planet ) secara intensif di Goethe Institut Bandung. Di situ lah saya mengenal dia pertama kali. c h r i s t i n e
Tidak ada yang istimewa di awal perkenalan kami. Semuanya mengalir begitu saja, hingga kita menjadi dekat.. sangat dekat.

Christine adalah seorang perempuan mungil berrambut panjang, dengan kulit putih bersih sama seperti warna kesukaannya, dan memiliki sepasang mata yang indah. Entah kenapa, saat melihat dia sedang berpikir, saya merasa dia berpikir dengan matanya, bukan dengan otaknya saja. Entah kenapa, saya merasa sepasang mata itu mampu mengekspresikan lebih dari apa yang sedang Christine ceritakan ke saya.

Berkenalan, berteman, - dan bahkan kalau sekarang ini kami merasa saudara satu sama lainnya - adalah salah satu anugrah dalam hidup saya. Christine adalah seseorang yang punya lebih dari satu peran dalam hidup saya. Dia adalah teman saat saya membutuhkan seseorang untuk berbagi rasa atau sekedar menghabiskan waktu, dia adalah seorang kakak yang penuh kelembutan dan kasihsayang menjaga adiknya saat saya merasa saya tidak punya siapa-siapa lagi selain dia, dia adalah seorang musuh yang bahaya untuk saya saat dia mengingatkan dan menarik saya kembali ke jalan yang benar saat saya terlena dan menyimpang dari sana. Di luar itu, di luar hubungan pribadi antara saya dan Christine, buat saya dia adalah seorang seniman besar !

Saya sangat bangga sekaligus ikut bahagia karena di waktu-waktu terakhir ini, karir nya semakin meningkat. Karya-karya nya semakin digemari di mana-mana. Nama nya mulai sering terdengar di media massa. Saya sungguh dengan tulus ikut merasa lega, kalau perjalanan panjang dan kerja keras nya selama ini, mendatangkan hasil. Tapi yang membuat hati saya lebih tertawa riang, adalah karena Christine tetap lah Christine. Dia tidak berubah luar ataupun dalam, meskipun sekarang dia jadi lebih dikenal, dicari, digemari oleh masyarakat. Dia tetap bersedia meluangkan waktu nya menjamu saya di rumahnya saat saya pulang ke Indonesia awal tahun lalu. Dia mendengarkan cerita saya dengan telinga dan hati nya, mencatat dengan teliti kata-kata atau berita baru yang saya bawa, "biar ngga kuper" , itu jawabnya ketika saya tanya, kenapa dia mencatat semua itu.. lalu kami sama-sama terbahak dan melanjutkan minum jus strawberry yang dia bikin.

Meskipun kami terbatas jarak yang begitu jauh, meskipun membutuhkan waktu kurang lebih enam tahun sampai akhirnya kami bisa berjumpa lagi awal tahun lalu itu, meskipun dia sekarang lebih terkenal dan saya masih seorang mahasiswa kacangan yang tidak tahu apa-apa, kami tidak pernah putus kontak. Dia adalah orang yang selalu mendapatkan berita aktual tentang saya. Dan dia akan mengirimi saya e-mail panjang saat dia butuh penampung cerita.
Dan kenapa saat ini saya menulis tentang dan untuk dia, adalah karena dengan tidak sengaja, baru saja saya menemukan video nya di Youtube saat dia diwawancarai tentang karya-karya nya. Saya rasa dia benar-benar sudah keluar dari cangkangnya !

( Cici, you rock !! :) , I am really proud of you. tapi, seandainya kamu bukan seniman pun, saya akan tetap sayaaaaaaang . tetap bersinar ya, laterna magica ku. sudah banyak lampu padam, yang berhasil kamu hidupkan )

PS : maaf, tidak bisa menyebutkan secara lengkap siapa namanya. karena postingan ini ditulis sebelum minta ijin ke pihak bersangkutan. tapi saya rasa tidak terlalu banyak, pelukis perempuan Indonesia dengan nama di atas itu.. hehe

Freitag, 7. August 2009

07. 08. 09


Tidak sedikit orang yang menganggap tanggal hari ini sebagai salah satu peristiwa unik. Saya bahkan mendapatkan SMS dari dua orang teman, dengan isi yang kira-kira sama. Mengingatkan saya, bahwa hari ini, pada jam 12 menit 34 detik 56, akan terjadi susunan angka 12.34.56 7.8.09 , sesuatu yang tidak akan terjadi dua kali.

Buat saya, hari ini adalah hari yang spesial. Bukan karena susunan angkanya yang hanya terjadi sekali saja. Bukan juga hari ulangtahun saya. Hari ini saya genap lima tahun sudah berada di Jerman.

6 Agustus 2004 saya terbang ke Jerman, untuk pertama kalinya. Sehari sebelumnya, saya benar-benar merasakan perasaan yang campur aduk. Antara senang, sedih, ragu-ragu, nervous, takut, penasaran, semuanya melebur menjadi satu. Saya tidak bisa tidur malam harinya, pelan-pelan menyelundup ke kamar orangtua saya, berencana untuk tidur di tengah-tengah mereka, tapi tidak jadi saya lakukan karena takut membangunkan mereka. Saya takut orangtua saya tahu kalau saya mulai ragu-ragu, dan mulai mempunyai rasa takut untuk pergi. Akhirnya saya memutuskan untuk duduk diam saja di sofa depan TV, memandangi anjing puddel saya Chopin yang terlelap di samping saya. Sambil sesekali mengelus-elusnya, saya membayangkan betapa saya akan merindukannya.. Saya membayangkan kehidupan di tempat lain tanpa orangtua, tanpa Mbak, tanpa Chopin.. Saya tidak punya siapa-siapa di sana, apa saya betul mau ??

Semua perasaan takut dan ragu-ragu itu tiba-tiba meraib saat saya sudah duduk di dalam pesawat, dan siap diterbangkan sampai ke Jerman. Yang semakin menguat hanyalah itikad, menempuh satu jalan yang sudah dipilih setelah dipikirkan masak-masak.
Tanggal 7 Agustus 2004, pukul 13.05 waktu Jerman, saya mendarat di Düsseldorf . Dan malam itu, malam pertama saya berada di Jerman, adalah malam paling sepi , paling gelap, dan paling panjang yang pernah saya rasakan.

Hari-hari sesudahnya, tidak separah atau semenyedihkan yang saya kira. Saya mulai paham, memisah-misahkan sampah, menggunakan kompor listrik, satu kunci untuk beberapa pintu. Saya mulai punya kenalan, teman, komunitas. Telinga saya mulai mahir menangkap setiap kata yang keluar dari mulut orang-orang Jerman, otak saya menjadi lebih catas melahirkan kata-kata dalam bahasa Jerman lewat mulut saya, pencernaan saya mulai doyan dan terbiasa dengan makanan makanan Jerman. Lambat laun, ritme kehidupan di Jerman pun saya temukan ..
Saya berasimilasi, mulai kerasan dengan kebiasaan-kebiasaan Jerman, namun selalu berusaha menyelaraskannya dengan kebudayaan Indonesia yang masih sangat melekat.

Berada di luar negeri, jauh dari keluarga dan orang-orang yang saya sayangi, bukanlah suatu hal yang mudah bagi saya. Beberapa hal terjadi, susah ataupun senang, dan semuanya itu harus saya hadapi sendirian. Tidak ada papa atau mama yang selalu bisa menjaga saya dari setiap masalah. Tapi saya merasa sangat bersyukur, saya bisa diberikan kesempatan seperti ini. Sangat banyak hal baru yang sudah dan masih akan saya pelajari di sini, baik itu pendidikan, kebudayaan, pemikiran, peraturan, birokrasi, ataupun sosialisasi. Saya akan mencoba menyerap sari-sari yang baik, dan dengan filter yang kokoh akan saya saring hal-hal yang saya anggap tidak perlu saya tanamkan pada diri saya. Sampai nanti suatu saat, kalau waktu nya sudah tiba. Kalau sudah cukup banyak pelajaran yang saya dapatkan. Kalau saya secara psikis dan fisik sudah jadi lebih matang. Saya akan pulang .. , saya akan kembali pada semua yang saya sayangi.

( meskipun sepertinya.., saya akan merindukan Jerman, kalau saat itu tiba.. )

Dienstag, 4. August 2009

never again !

love
-n. A deep, tender, ineffable feeling of affection and solicitude toward a person, such as that arising from kinship, recognition of attractive qualities, or a sense of underlying oneness.
v. loved, lov·ing, loves
To have a deep, tender, ineffable feeling of affection and solicitude toward (a person)
(http://www.thefreedictionary.com/love)

if that the definition from love
then i suppose to be happy if i am in love

( well , i thought so )
but why is it hurt this much ?

and why i feel like a lunatic ?

and why i become so stupid like a donkey ?


hey you,
i never thought it would be so not easy to unlove you. you were in my dream. and when i awake, you were my coffee in the cup, you were words that i read from a book, you were the water i used to washed my hand, you were the rain, you were potatoes that i ate.. You are EVERYWHERE, just not where you really are.
three words you may hear from me today, Du fehlst mir




München-Sauerbruch, while listening to Iris-Goo Goo Dolls
And all I can taste is this moment,
And all I can breathe is your life,
And sooner or later it's over,
I just don't want to miss you tonight.


Sonntag, 2. August 2009

lucky me, that he was ( is ) there !


buat saya, tidak ada dokter atau tabib atau dukun lain yang bisa menyembuhkan luka hati saya secepat dan sesempurna Papa saya.
papa saya bukan orang yang penyabar atau telaten, tapi dalam hal menjahit luka hati saya, dia adalah dokter bedah andalan yang mampu merekatkan bagian yang tadinya sobek dengan sempurna. seperti pernah menekuni pelajaran bedah plastik bertahun-tahun, dia merekatkan bagian hati saya yang tadinya terbelah, kembali menjadi utuh lagi tanpa luka dan tanpa bekas jahitan. dia membuat hati saya berfungsi seperti normal lagi. dan yang lebih menakjubkan adalah, dia selalu siaga kapan saja dimana saja saya membutuhkannya. tidak peduli berapa kali saya memohonnya untuk menyembuhkan luka hati saya, dia melakukannya. entah di tengah malam, atau pagi buta, lewat ciuman , atau sekedar perbincangan kabel, dia punya proses penyembuhan yang jauh lebih mutakhir dari laparoskopi.

berkaitan dengan postingan sebelumnya. saya akhirnya sudah memutuskan untuk tidak lagi duduk diam seperti seekor siput buta. saya sudah berdiri, memutuskan berjalan ke depan, dan sudah mulai melangkah. ya, saya telah mengambil keputusan. satu keputusan yang mungkin tidak akan berani saya ambil, tanpa kata-kata mujarab dari papa saya. dan nanti, seandainya toh jalan yang saya pilih ini tidak semulus dan senyaman yang saya harapkan, saya tidak akan menyesal ! yang saya lakukan hanyalah untuk tetap terus bertahan, merangkak, tiarap, melompat, apapun.. demi meraih tingkat berikutnya, dimana jalan yang lebih lapang dan mulus sudah menunggu saya.

Du triffst die Entscheidung, und blickst nicht zurück !

PS : pop,thanx for alwiz there,everytime I need you. thanx for listening to me. thanx for sharing with me. thanx God for blessing me dat much and being so kind to me, that I may have you as my father in this life.

Samstag, 1. August 2009

the road of life


seandainya hidup ini saya umpamakan sebuah jalan berliku yang penuh persimpangan. saya merasa saat ini sedang terpental, pada satu jalan yang gelap gulita. tidak setitik cahaya pun berpendar di sana. saking gelapnya, saya tidak yakin, apakah saya masih berada pada jalannya, atau saya sudah terhempas entah kemana. saya melepas alas kaki saya, membiarkan telapak kaki saya menjejak-jejak kecil tanah yang saya injak, memastikan saya masih berdiri dan menginjak pada medium yang seharusnya. saya tidak berani melangkah kemana-mana. saya tidak tahu, apakah depan, belakang, kanan, atau kiri saya adalah jurang yang bisa membuat saya celaka jika ceroboh dan tergesa-gesa dalam melangkah. saya memutuskan untuk duduk.. berpikir, apa yang harus saya lakukan. saya berdoa dan berharap ada cahaya dikaruniakan untuk saya.. , atau mungkin kalau bukan cahaya, cukup suara yang bisa membimbing ke mana saya bisa berani melangkahkan kaki saya.

setiap hari di dalam hidup, tanpa disadari kita terlatih untuk membuat keputusan keputusan. bangun, mandi, kaos kuning muda dengan gambar lebah, blue jeans, sepatu putih tanpa tali, pergi kuliah, menyapa teman, duduk di bangku belakang paling kanan, semuanya merupakan suatu keputusan.
hidup saya di dunia ini sudah selama 23 tahun, entah sudah berapa banyak keputusan yang saya ambil. namun hari ini, masih sampai detik ini.. saya tidak tahu apa yang harus saya putuskan. saya seperti merasa tidak punya pilihan. ketakutan untuk mengambil keputusan yang salah sangatlah nyata. jadi saya membiarkan diri saya menjadi siput buta.. saya akan bergerak sangat lamban dan berhati-hati.. sampai saya pasti, keputusan mana yang harus saya ambil. sampai saya yakin, keputusan itu lah yang diinginkanNya untuk saya ambil. dan kalau keputusan itu sudah di tangan saya, apapun nantinya yang akan terjadi, saya akan menerimanya. saya tidak akan lagi menoleh ke belakang !

untuk ma dan pa. saya minta maaf untuk semua kebodohan kebodohan yang sudah saya lakukan, yang menjadikan hidup kalian jadi lebih berliku dan berat dilewati. tapi ingat selalu, saya mencintai kalian, sangat mencintai kalian. dan saya, tidak akan pernah membuat kalian malu !!