Sonntag, 15. März 2015

an : E.W.

dengan langkah ataktis, dia menghampiri ku
menepuk bahu dan menatap penuh tanya
" Hai kamu ! Ikutlah kemari, ada yang perlu kutunjukkan ! "
telapak kaki ku bergerak lebih cepat daripada fikir ku bekerja
aku mengikutinya.. memperhatikan dari belakang
jalannya terhuyung
celananya kedodoran, entah berapa kilogram menyusut begitu saja dalam hitungan hari
" Lihat, baca nomor nya. 377 ! Ini kamar ku ! Itu ranjang ku. Di situ lah seharusnya aku tertidur. Tapi tahu kah kamu ? Melihatkah kamu juga ? Ranjang itu kosong, tak ada tubuh ku di situ ! Tak ada aku di kamar ku ! Bisa kamu bantu aku, temukan tubuh ku ? Kembalikan tubuhku ke ranjang ku ? "
aku tak lagi tahu
mana yang menghentak lebih keras
jantung atau lambung atau otak ku
" Kamu ada. Kamu nyata. Kamu di sini. Kamu tidak sendiri. Kamu ada. "
entah dari bagian indra yang mana, kata-kata itu terlontarkan
aku merenggut genggam nya
menuntunnya kembali ke ranjangnya, dan ia ikut saja seperti percaya..
seperti, percaya..



tahukah kamu
yang kukhawatirkan saat ini
bukanlah tubuh mu yang tak lagi bisa kutemukan
namun suatu yang lain
satu yang tak terlihat
satu yang sangat esensial
yang pergi atau putusnya bukan lah untuk kutentukan
atau untuk kutemukan

dan bila saat itu tiba
aku harap kamu tak lagi dipenuhi tanda tanya
bila saat itu tiba
ikuti saja, dan yakinlah untuk percaya.