Freitag, 25. Juni 2010

hari ini, beda

Selamat pagi, Cahaya !

terimakasih untuk bersinar, terimakasih untuk membuatku kembali terjaga.
Aku menantikan hari ini, lebih dari apapun. Aku sudah merencanakan semuanya untuk hari ini. Segala sesuatunya. Kalau kamu membuka agenda ku, dan membaca apa saja yang kucatat untuk hari ini, kamu akan mengerti, seberapa matang nya rencana ku. Kamu akan mengerti, bahwa tak akan ada satu hal pun kelewatan atau meleset dari yang direncanakan hari ini. Kali ini tak akan kubiarkan, hari berlalu dengan sia-sia, seperti hari-hari ku yang lalu. Hari ini beda, aku tahu.. hari ini semua akan sempurna, seperti apa yang kutuju. Aku tahu itu..

. . .

Sarapan. Aku tidak tahu lagi, kapan terakhir kali aku menikmati sarapanku. Beberapa tahun terakhir ini sarapan bagiku hanyalah suatu rutinitas yang mengganggu. Seandainya perut ku tidak harus dimasuki sarapan, mungkin aku akan lebih punya banyak waktu luang.. mungkin untuk tidur.. mungkin untuk bermimpi.. mungkin untuk membayangkan cinta ku. Namun ! Sarapan kali ini, sarapan hari ini.. aku menikmati setiap gigit dan telannya. Aku memilih kue untuk sarapan pagi ini. Tidak wajar memang. Tapi memang itulah yang sudah ku rencanakan, yang sudah kutulis di agenda ku untuk hari ini. Satu potong kue coklat dengan creme yang sangat manis dan berkalori tinggi, satu lembar roti Vollkorn yang kuolesi mentega tebal-tebal dan sehelai Schinken diatasnya, dan satu cangkir besar teh Roiboos beraroma madu. Itu adalah menu sarapanku hari ini, sesuai seperti yang sudah kurencanakan. Tidak akan kubiarkan satu detail pun terlewat, dari apa yang sudah tertulis di agenda ku. Tidak ! Hari ini harus beda. Hari ini harus sempurna. Aku tahu..

. . .

Saat ini aku sedang menunggu cucian ku selesai dicuci otomatis oleh mesincuci. Aku membuka-buka lagi album foto yang sudah lama tak kusentuh. Warna merah nya sudah berubah pudar dan kusam. Foto-foto yang ada di dalamnya juga sudah mulai pudar dan kehilangan warna. Putra-Putra ku.. jika kalian berdua membaca ini, suatu saat nanti, pastikan kalian membuka juga album foto itu. Di situ kalian masih balita. " Robby..,pelita hatiku. kamu adalah jelmaanku dalam bentuk laki-laki. Bibir mu tipis, seperti bibir ku. Rambutmu lurus pirang, seperti rambutku " " Gerry, bayi mungil ku.. lihatlah di foto itu, betapa manis nya kamu, putra ku. Kamu masih bayi di foto itu, namun lihatlah, tatapan mu tajam, seperti tatapan Papa mu. Rambutmu coklat dan berombak, sama seperti Papa mu. "
Putra-putra ku.. kalau kalian membaca ini, suatu saat nanti.. kenanglah akan masa-masa indah itu saja. Jangan pada kesalahan ku tak mampu menjadi Ibu yang baik. Jangan benci aku, putra-putra ku..aku memohon jangan kubur aku terus menerus dalam kebencian kalian.
. . .
Kegiatanku melihat-lihat foto dan bernostalgia sempat terhenti sebentar. Ariadne,tetangga baru ku, seorang mahasiswi kedokteran yang datang dari Indonesia, mengetuk daun pintu dan menengokkan kepalanya ke dalam kamarku. Dia menanyakan keadaanku hari ini, menanyakan apakah aku membutuhkan sesuatu. Aku menjawab " Semuanya baik-baik saja. Terimakasih. Semakin hari, akan semakin lebih baik ". Aku menjawabnya dengan senyum yang kulebarkan. Menyuarakan jawaban itu selantang mungkin. Biar dia tak mendengar kebohongan di suaraku. Biar dia tak curiga aku sedang merencanakan sesuatu, untuk hari yang istimewa ini.

. . .

Setelah kukenakan kaos polo hijau pastel bergaris-garis putih, dan celana kain warna hijau tua, aku memoleskan bedak dan sedikit perona pipi warna oranye. Aku merasa tidak yakin saat memoleskannya. Sudah terlalu lama, sejak terakhir kali aku berdandan. Kepercayaandiri untuk mempercantik diri itu sudah lama hilang. Namun aku ingin tampil cantik hari ini. Aku ingin menunjukkan sisiku yang lain. Bukan wajah yang keruh dah jiwa yang rapuh. Selesai ku bersiap, mulai kulangkahkan kaki keluar dari rumah menuju ke halte Bus. Aku ingin berjalan-jalan di pusat kota. Aku ingin tahu, barang-barang seperti apakah yang sekarang banyak dan laku dijual, warna apakah yang sangat digemari pada musim ini. Aku ingin tahu banyak hal.. apa yang manusia -- sesama ku lakukan, untuk membuat mereka bertahan di kehidupan yang serba munafik dan tak jujur ini. Aku sungguh .. ingin tahu ..

. . .

Selamat petang, Bulan !

Kamu tidak penuh malam ini. Kamu hanya seperti mengintip diam-diam. Dan temarammu, jatuh tepat ke seperempat meja tulis ku, di mana saat ini aku menuliskan semuanya ke dalam buku agenda ku. Tidak apa-apa, Bulan. Aku tak perlu penuh mu. Aku tak perlu sempurna mu. Karena tidak ada satu pun yang sempurna. Sama seperti ku, tidak sempurna.
Bulan, dengan munculnya kamu, dan dengan berhembus nya nocturno yang kamu bawa, lalu embun yang tanpa suara namun menetes, membias di luar kaca jendela ku, ini lah saatnya...
Hari ini sudah hampir berlalu. Siang yang sudah terlewati.. semua rencana ku yang sudah terpenuhi..
Ini lah saat istimewa itu. Ini lah saat, semua rasa sakit ini akan berakhir. Tidak ada lagi sakit, tidak ada khawatir, tidak ada ketakutan, tidak ada gelisah, tidak ada rindu, tidak ada kecewa..
Dan aku, aku akan bersatu kembali dengan satu cinta yang pernah nyata dalam hidupku.
Suami ku ,.. setelah puluhan pil-pil dan satu botol snaps ini masuk ke lambung ku.. aku akan mendekat pada mu.
Setelah puluhan pil-pil dan satu botol snaps ini masuk ke lambung ku.. Selamat tinggal hidup.. Selamat tinggal semua..

maafkan aku, putra-putra ku ...
aku mencintai kalian.
maafkan aku, ..
aku tidak lagi menginginkan hidup ini..


22. 6. 2010 , H. P.

untuk seorang tetangga, yang memutuskan untuk mengambil hidupnya sendiri.
untuk seorang tetangga, yang hidupnya pernah sarat dengan cinta.
dan saat cinta itu tiba-tiba harus diambil darinya, dia tidak pernah bisa mengikhlaskannya.
saya menyesalkan rasa kehilangan yang harus kamu tanggung, saya ikut berduka untuk semua kekosongan yang harus kamu rasakan. dan saya berharap, saya sungguh berharap.. bahwa kamu sekarang bisa mendapatkan yang terbaik. bahwa kamu sekarang tidak lagi perlu merasakan kepedihan yang lama mendera mu.
tapi maaf, saya tidak akan pernah menyetujui keputusan mu.
may you rest in peace, Frau P.