Freitag, 31. Juli 2009
krankenpflegepraktikum (KPP)
Perbincangan dengan seorang teman via telpon barusan, membuat saya melayangkan pikiran ke dua setengah tahun yang lalu. Teman saya, yang saya anggap sebagai 'adik kecil' yang masih sangat polos itu bertanya tentang Krankenpflegepraktikum kepada saya.
Krankenpflegepraktikum, yang kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia, kira-kira artinya : Praktikum Merawat Orang Sakit. Praktikum itu wajib dilakukan oleh mahasiswa kedokteran di Jerman, selama 3 bulan ( paling sedikit 3 x 30 hari, MUTLAK !! ). Kita tidak harus menyelesaikannya dalam 1 periode langsung 90 hari. Kita bisa memisah-misahnya, misalnya di liburan musim panas ini 1 bulan, lalu liburan semester depan 1 bulan lagi, dan selanjutnya 1 bulan lagi.. Paling sedikit harus 1 bulan, kita tidak boleh magang di rumahsakit , untuk melakukan praktikum selama 2 minggu atau 3 minggu saja. Kalau kita mau, dan niat, bisa saja kita langsung menyelesaikan 2 bulan, atau bahkan 3 bulan itu sekaligus.
'Adik kecil' saya yang masih polos itu, tadi menyuruh saya bercerita, apa saja persiapan saya dulu sebelum melakukan praktikum itu, dan bagaimana cara mendapatkan tempat praktikum di rumahsakit, juga apa saja yang harus saya lakukan selama masa praktikum itu. Saya bilang ke dia, supaya dia ambil posisi duduk yang nyaman, dan pakai headset saja sebaiknya, karena cerita saya akan sangat panjang - LOL - .
Sekitar dua setengah tahun yang lalu, setelah saya menyelesaikan college, saya harus menunggu 1 semester sampai saya masuk ke Universitas. Saya memanfaatkan waktu 1 semester itu untuk bekerja selama kurang lebih full 1,5 bulan dan praktikum langsung 3 bulan ( sisa waktu liburnya ya untuk bersenang2.. hehe ). Sebelum praktikum, selain menelpon ke beberapa rumahsakit untuk bertanya apa mereka bersedia menampung saya sebagai praktikan, saya mempersiapkan diri saya dengan melengkapi tubuh saya dengan beberapa imunisasi. Vaksin Hepatitis A , Vaksin Hepatitis B. ( Vaksin Hep. A dan B ini memang sudah pernah saya dapatkan waktu saya masih kecil, tapi bukan untuk seumur hidup ! Vaksin ini harus diperbarui lagi, apabila antibodi kita untuk virus Hep. A atau B sudah mulai berkurang. )
Setelah menghubungi beberapa rumah sakit, akhirnya ada yang bersedia menerima saya sebagai praktikan. Akhirnya hari praktikum pertama pun tiba. Saya datang dengan perasaan takut dan gugup. Saat itu saya belum menjadi mahasiswa kedokteran. Pengetahuan saya tentang dunia kedokteran bisa dibilang masih enol besar. Apalagi pengetahuan tentang sistem dan cara kerja rumahsakit di Jerman.. sangat enol besar.
Seperti yang saya bayangkan, hari pertama saya bukanlah hari yang menyenangkan. Saya merasa saya lah orang tolol sedunia, yang tidak berguna apa-apa. Saya tidak bisa menggunakan alat pengukur tensi, saya tidak mengenal tombol-tombol di ranjang pasien, saya tidak tahu di mana perban di mana kapas, saya tidak bisa ini .. saya tidak kenal itu .. saya tidak tahu ini .. saya belum pernah dengar itu .. Hari pertama yang melelahkan, karena saya hanya bisa mematung, melihat suster-suster itu dengan cekatan melakukan pekerjaannya, dan dengan sabar mengajari saya ini itu .
Pada hari ketiga, akhirnya saya merasa bumi mulai berputar dengan normal. Saya mulai bisa mendengar systole dan diastole dengan alat pengukur tensi, saya mulai mengenal nama-nama pasien dan bagaimana karakter mereka, saya tahu siapa saja yang harus saya mandikan, saya tahu bagaimana cara memandikan pasien yang susah sekali dimobilisasikan, saya tahu dimana saya bisa mengambil perban, plaster,kapas, suntikan, saya tidak lagi hanya mematung saja.
Apa yang saya kerjakan setiap harinya tidak terlalu bervariasi. Saya datang jam 5.35 pagi, menuju ke tempat ganti, mengenakan seragam serba putih yang juga dikenakan para suster, melepas sepatu dan mengenakan alas kaki yang hanya saya pakai di rumahsakit itu, lalu memulai rutinitas dengan membangunkan pasien, mengukur tensi, puls, dan temperaturnya, memandikan, mengganti sprei, sarung bantal dan selimut, mengisikan data ke akte pasien, menyiapkan sarapan, membantu memberi makan ke pasien yang tidak lagi bisa makan sendiri, pergi ke setiap bel yang dibunyikan oleh pasien saat mereka butuh sesuatu, ada yang harus ke toilet dan tidak bisa berjalan sendiri, ada yang infus nya sudah habis dan harus dicopot atau diganti, ada yang sekedar memencet bel karena ingin bertanya itu hari apa, ada yang hanya ingin ditemani karena takut akan meninggal mendadak, ada yang mengeluh karena dia belum sarapan padahal piringnya baru saya beresi lima menit sebelumnya, ada yang minta dibelikan koran, ... dan lain lain.
Kalau saya ditanya, apakah menyenangkan waktu tiga bulan itu. Jawabannya adalah ya dan tidak. Tidak menyenangkan. Karena saya seperti pekerja suka rela, yang tidak digaji satu sen pun, padahal saya setiap harinya menghabiskan waktu selama kurang lebih 8 sampai 9 jam di rumahsakit (sangat tidak adil bila dibandingkan mahasiswa jurusan lain, yang hampir selalu mendapatkan gaji yang oke di setiap praktikum nya). Tidak menyenangkan. Saya sering merasa takut dan ekstra hati-hati saat harus berhubungan dengan pasien-pasien yang mengidap AIDS atau Hepatitis C. Tidak menyenangkan. Kadang-kadang kelakukan beberapa pasien benar-benar menuntut dan membuat saya sangat jengkel.
Menyenangkan, karena .. saya begitu belajar banyak hal. Bukan hanya yang berhubungan dengan kedokteran saja. Saya belajar untuk menjadi sabar, saya belajar untuk selalu tersenyum secape apa pun saya saat itu ( ngga mungkin kan kita ngobrol sama pasien yang sakit keras, dan kita nya bersungut2 ), saya jadi bisa mengerti perasaan gembira melihat seorang pasien yang akhirnya bisa keluar dari rumah sakit dan berjalan tegap kembali setelah berhari-hari hanya tertidur lemas di ranjang, saya belajar melepaskan seseorang saat beberapa pasien akhirnya harus pergi untuk selamanya, saya belajar menahan rasa sakit saat seorang pasien menekankan kuku-kuku jarinya ke tangan saya, saya belajar berkomunikasi verbal dan nonverbal- bagaimana cara terbaik menyemangati pasien pasien itu untuk tetap menginginkan hidup !
'Adik kecil' saya cuma mengatakan 'hoooo' panjang mendengar semuanya itu. Lalu dia bertanya lagi ' gua bisa kah ngelakuin semua nya itu ? kayaknya berat. dan gw ga sabaran. ' Saya cuma tersenyum dan meyakinkan, semua orang pasti bisa melewati masa 3 bulan praktikum itu. Masalahnya adalah, pandangan orang terhadap praktikum itu tidak semuanya sama. Ada beberapa teman yang hanya mengerjakan praktikum itu 1 bulan saja, dan membikin surat palsu untuk 2 bulan lainnya. Mereka beranggapan praktikum itu membuang waktu dan tidak berguna. Lagipula yang dilakukan hanya pekerjaan suster, sedangkan cita-cita kita adalah Dokter bukan suster. Saya pribadi melihat praktikum itu sebagai sesuatu yang istimewa. Suatu pengalaman hidup yang tidak akan saya lupakan, lengkap dengan enak dan tidak enaknya. Mungkin kedepannya, saya makin akan sering berhubungan dengan pasien-pasien atau orang-orang sakit. Tapi bagi saya, pasien-pasien yang saya kenal saat saya praktikum itu adalah orang-orang spesial yang sudah berbagi banyak hal dengan saya, yang secara langsung sudah ikut mendidik saya, menjadi saya yang sekarang ini.
#Herr M**k ( RIP ), sangat menyenangkan bisa menggenggam tangan Anda berjam-jam, tepat sehari sebelum Anda pergi .. Saya masih tidak lupa minuman kesukaan Anda adalah orange juice dan air soda. Terimakasih juga untuk undangan makan kue nya. Sayangnya Anda lebih cepat dibutuhkanNya untuk kembali ke sisiNya. But it's ok ! :)
Abonnieren
Kommentare zum Post (Atom)
Keine Kommentare:
Kommentar veröffentlichen