dan hari ini, saat saya dan dia diijinkan berpapasan di tengah jalan, dia bahkan tidak membalas uluran tangan saya, saat saya berusaha menjabat nya. dia hanya bertanya datar. pertanyaan yang sudah saya ramalkan akan keluar dari mulutnya. kenapa saya tidak datang lagi ke tempat itu ? saya tersenyum. simpul. lalu kembali melontarkan tanya " apa kamu akan mau menjabat tangan saya lagi, kalau saya kembali ? " dia tidak menjawab. saya menginginkan suatu reaksi dari wajahnya. tapi nihil. saya tidak mendapatkan apapun. saya tidak tahu apa sekarang dia membenci saya, jijik terhadap saya, kaget bertemu dengan saya lagi, atau memang tidak lagi ambil pusing apapun mengenai saya.
sudah lama sebenarnya saya ingin menulis tentang hal ini di blog. tapi rasa ewuh selalu menahan keinginan saya itu. namun ijinkanlah saat ini saya menuliskannya. bukan untuk dibaca siapa. bukan untuk membuat apa. hanya untuk saya sendiri.
tempat yang dari tadi hanya saya sebut dengan kata ganti 'itu' , adalah suatu tempat ibadah. tentu saja tempat ibadah sesuai dengan agama yang saya peluk. tempat yang dulu setiap minggu minimal satu kali saya kunjungi. untuk berdoa. untuk memohon. untuk bersyukur. untuk berkeluhkesah. untuk memuji. dan.. untuk bersosialisasi horizontal kepada sesama saya yang juga berkunjung. pada awalnya, saya sudah merasakan, ada hal-hal yang membuat saya kurang nyaman di situ. namun saya berusaha menekannya untuk keluar dari ego saya. saya berusaha menetralkannya dengan pikiran bahwa hal itu karena saya masih baru di tempat itu. saya pikir, lama-kelamaan, saya akan makin bisa beradaptasi. minggu pertama, minggu kedua.. hingga tahun kedua, saya tetap berjemaat di situ. sampai suatu saat, saya akhirnya berkata pada diri saya sendiri ' kamu harus keluar - lepas dari semuanya ini ! ' .
apa yang sebenarnya terjadi ? pergejolakan apa yang saya dapati ? saya mendapatkan teman-teman yang super care dan super fun ! tidak ada yang salah dengan hal itu. namun beberapa prinsip. beberapa pola pikir. dan beberapa kepercayaan yang ada dalam kepala mereka, tidak bisa saya 'iya' kan.
saya memang memeluk satu agama. bukan dua. bukan tiga. dan saya hanya pergi ke satu tempat ibadah. bukan beranekawarna. tapi bukan dengan begitu saya menganggap agama yang lain tidak ada. bukan dengan begitu saya menganggap tuhan saya paling benar dan paling nyata. bukan dengan begitu saya menganggap hanya agama saya yang bisa menyelamatkan umatnya, sementara umat lain akan tak terselamatkan.
saat saya berdoa. yang saya butuhkan bukan medium atau pemirsa. saya butuh hati saya, saya butuh konsentrasi saya untuk bisa berdoa dengan jujur dan tulus. menurut saya, mendoakan orang dengan keras-keras dan diperdengarkan di hadapan orang banyak, adalah seperti mencari pujian untuk diri sendiri.
hari ini, saat ini.. beberapa tahun setelah saya berhenti mengunjungi tempat itu. mereka berpikir bahwa dengan meninggalkan mereka, saya menjadi mahluk tak ber tuhan. namun benarkah begitu ?
saya meninggalkan tempat itu, bukan karena saya berhenti percaya kepada Nya. saya berhenti mengunjungi tempat itu, dan berhenti mengikuti upacara-upacara nya, karena saya percaya Dia ada. dan yang saya maksud dengan Dia ada, adalah bahwa Dia benar-benar ada. di sini, sekarang, di mana-mana, dan kapan saja. saya tidak perlu berteriak keras-keras memanggilNya. karena Dia mendengar semua bisikan hati saya, bahkan sebelum saya sendiri mendengarnya. saya tidak perlu menjelek-jelek kan kepercayaan lain, untuk menambah iman saya. karena memang itu tidak perlu. iman saya nyata. dan keberadaanNya adalah nyata dalam kehidupan saya sehari-hari. di setiap hembus nafas, hangat matahari, dan kilau bintang yang boleh saya dapatkan setiap hari nya. apalagi yang perlu dibela ?
apakah saya menyesal , meninggalkan tempat itu ? yang saya sesali adalah karena saya harus rela kehilangan teman-teman yang super care dan super fun (but then.. i knew which one is my true friend since that) . yang saya sesali adalah bahwa saya tidak lagi bisa melihat anak-anak bayi yang dulu sering saya temui di situ ( and yes, i miss them.. ) . but seriously.. , yang saya tinggalkan adalah gedungnya. yang saya tinggalkan adalah tatacara nya. saya tidak akan meninggalkan Nya. saya tidak akan mungkin bisa.
so, here I am Padre. still belongs to you. and will always be like that.
Religion is what you act, not what you believe. *unknown
( this post is related to this )
4 Kommentare:
cudnt agree more, but only men of broad perspective wil succeed to fully understand.
phew, strong words though, like it!
@ mencari jawab :
hi there,
thanx for comment.
well.. it's acceptable kok kalo ngga semua orang punya sepikiran dengan saya.., atau juga kamu :)
please email me on aria.dinar@gmail.com
Urgent
Thx
no offense ya...kok saya langsung keinget tentang berita NII di Indonesia hehe..
what a thought!!
Kommentar veröffentlichen