ada seorang ibu yang hari ini berpulang.
ada seorang anak, yang sebenarnya bukan lagi anak-anak, terlihat begitu kehilangan.
seperti ada yang pergi, dari dirinya sendiri.
berjatuhan ucapan-ucapan duka dan belasungkawa.
seiringan dengan puisi jadi-jadian tentang kasih ibu yang konon sepanjang masa
dan betapa anak tanpa ibu barangkali tak ada maknanya.
aku meraba-raba
adakah benar seperti itu?
cinta ibu
mungkin suatu hari
aku akan mengerti
mungkin suatu hari ..
Dum spiro spero ..
it means while I breath, I hope ..
Mittwoch, 25. März 2020
Samstag, 15. Februar 2020
sudah
berhenti menulis. kegiatan yang pernah saya anggap sebagai teman, sebagai sarana untuk lebih mendengarkan diri sendiri, tiba-tiba saya hentikan.
apa yang terjadi ?
H i d u p.
ayah yang memilih pergi, katanya mengejar cinta yang ia nanti.
ibu yang merasa paling tersakiti, lalu melanjutkan hidup dengan mencaci dan memaki.
dunia saya berubah jadi dunia sela-sela -
ibu - ayah
benar - salah
masa lalu - masa depan
baik - jahat
dendam - damai
putus - sambung
ada - tiada.
dalam dunia sela-sela saya merasakan ketidakpastian yang begitu dahsyat. rasa percaya dalam diri saya, diluluhlantakkan oleh orang yang sama yang dulu membangun dan menjadi-kokoh-kan fondasi nya, ayah.
apalagi yang harus saya percayai? kalau kata-kata ibu yang saya anggap doa dan kasih beralih menjadi getir pahit yang diucap berulang-ulang tanpa tepi. kalau kata-kata ibu yang selarasnya meneladani, beralih jadi manipulasi.
kepala saya memunguti setiap tanda tanya yang ada, dan melahirkan yang belum ada.
segala asa dan tenaga saya kerahkan untuk menjawab setiap tanda tanya itu.
biar tidak lagi lukanya bertambah
biar ayah bisa gapai cintanya yang katanya dinanti
dan biar ibu tidak merasa tidak lagi dicintai.
waktu bergulir
dan saya, g a g a l.
saya kira, saya gagal.
jadi kenapa saya berhenti menulis
?
saya berhenti berusaha mendengarkan diri saya sendiri
saya berhenti berusaha menyadari adanya saya
saya lupa, bahwa saya ini ada
bukan sekedar, bukan meskipun, bukan tetapi
- sejatinya saya memang ada.
bersama lahirnya tulisan ini
saya ingin kembali merasakan adanya saya
berhenti mengejar yang belum tercapai
berhenti "membelum"
berhenti menyalahkan dan tidak puas
saat saya, akan kembali baik-baik saja
semuanya, sudah baik-baik saja.
apalagi yang harus saya percayai? kalau kata-kata ibu yang saya anggap doa dan kasih beralih menjadi getir pahit yang diucap berulang-ulang tanpa tepi. kalau kata-kata ibu yang selarasnya meneladani, beralih jadi manipulasi.
kepala saya memunguti setiap tanda tanya yang ada, dan melahirkan yang belum ada.
segala asa dan tenaga saya kerahkan untuk menjawab setiap tanda tanya itu.
biar tidak lagi lukanya bertambah
biar ayah bisa gapai cintanya yang katanya dinanti
dan biar ibu tidak merasa tidak lagi dicintai.
waktu bergulir
dan saya, g a g a l.
saya kira, saya gagal.
jadi kenapa saya berhenti menulis
?
saya berhenti berusaha mendengarkan diri saya sendiri
saya berhenti berusaha menyadari adanya saya
saya lupa, bahwa saya ini ada
bukan sekedar, bukan meskipun, bukan tetapi
- sejatinya saya memang ada.
bersama lahirnya tulisan ini
saya ingin kembali merasakan adanya saya
berhenti mengejar yang belum tercapai
berhenti "membelum"
berhenti menyalahkan dan tidak puas
saat saya, akan kembali baik-baik saja
semuanya, sudah baik-baik saja.
Sonntag, 9. Juli 2017
09.07.17
kini,
yang tak tersentuh olehku
bukan hanya jemari atau bibir mu
tapi, juga hati dan pikirmu.
yang menyerah
bukan selalu si kalah
aku hanya ingin lepas
biar tak terlalu bias.
kamu terlalu jauh
aku terlalu kecil
nihil
menggapai mu hanyalah mimpi
yang hilang saat muncul pagi.
saat rintik ini nanti akhirnya usai
satu cerita akan juga selesai
di antaranya tersisip rindu
dan sayup nama mu.
Mittwoch, 8. Juni 2016
di antara semua ujub doa dan ingin hati
satu pinta, teristimewa
adalah menjadi sesuatu, yang jangan dia sesali.
bersama dengannya
bukan hanya lewat genggam tangan
yang kembali sanggup berpautan
atau hangat sentuhan bibir
yang lagi bisa dikecupkan,
namun hati, rasa, rindu, dan percaya
yang tidak untuk dipertanyakan
atau untuk dibela
atau dipertimbangkan
untuk seterusnya...
lebih dari seterusnya.
dengan begitu
terbayarlah semua malam sepi
pernah terlewati sendiri
terobatilah tiap renjana
sempat menoreh luka terdera.
05.06.16 , 02.34
satu pinta, teristimewa
adalah menjadi sesuatu, yang jangan dia sesali.
bersama dengannya
bukan hanya lewat genggam tangan
yang kembali sanggup berpautan
atau hangat sentuhan bibir
yang lagi bisa dikecupkan,
namun hati, rasa, rindu, dan percaya
yang tidak untuk dipertanyakan
atau untuk dibela
atau dipertimbangkan
untuk seterusnya...
lebih dari seterusnya.
dengan begitu
terbayarlah semua malam sepi
pernah terlewati sendiri
terobatilah tiap renjana
sempat menoreh luka terdera.
05.06.16 , 02.34
hari ini,
regut rindu ku sibuk mencari ada mu
namun nihil.
yang liar adalah angan dan kenangan
bangku lengang itu usapmu
sudut kota itu pelukmu
teduh pohon itu hangatmu.
tidak ada kamu
hari ini
di samping ku.
bukan hal baru.
bukan hal baru.
bukan satu atau dua hari.
aku merengkuhmu dengan rindu dan asa
seperti diuntai tak ada habisnya
hati ini sembilu
namun bertekad untuk tetap.
tidak ada kamu, hari ini.
entah esok.
05.06.16 , 02:41
regut rindu ku sibuk mencari ada mu
namun nihil.
yang liar adalah angan dan kenangan
bangku lengang itu usapmu
sudut kota itu pelukmu
teduh pohon itu hangatmu.
tidak ada kamu
hari ini
di samping ku.
bukan hal baru.
bukan hal baru.
bukan satu atau dua hari.
aku merengkuhmu dengan rindu dan asa
seperti diuntai tak ada habisnya
hati ini sembilu
namun bertekad untuk tetap.
tidak ada kamu, hari ini.
entah esok.
05.06.16 , 02:41
Mittwoch, 20. April 2016
renjana itu mungkin seperti ini :
saat mata terpejam, namun gambar wajah mu tak lagi bisa terbayang jelas. seperti lupa. seperti jarak yang tak lagi terpeta, atau waktu yang tak ada kunjung sudahnya.
dan secerdik apapun kepala mu mencoba mengingkari adanya, lubang di hati mu, belum juga menutup atau mengecil.
saat mata terpejam, namun gambar wajah mu tak lagi bisa terbayang jelas. seperti lupa. seperti jarak yang tak lagi terpeta, atau waktu yang tak ada kunjung sudahnya.
dan secerdik apapun kepala mu mencoba mengingkari adanya, lubang di hati mu, belum juga menutup atau mengecil.
Abonnieren
Posts (Atom)